Kamis, 21 Februari 2013

Kefakiran Dekat Kepada Kekufuran dan Kesesatan

Sebut saja namanya Fulan bin Fulan,ia adalah orang Fakir,sangat miskin sekali kedua orang tuanya berasal dari keluarga tidak berada,tidak lulus SD dan tidak punya pekerjaan tetap.Belajar usaha dan bekerja jadi serabutan juga tidak begitu menolong merubah nasib hidupnya keluar dari kemiskinan yang dideritanya.

Beruntung ada wanita yang sudi menjadi isterinya,ya dari kalangan fakir miskin juga.Kita sebut saja Ibu X,keduanya hanya mengandalkan kekuatan otot saja dalam menghidupi keluarganya.Selang beberapa tahun kemudian lahirlah anak-anak mereka,dua laki-laki dan satu perempuan.

Bekerja sebagai buruh serabutan dan tidak menentu menjadikan keluarga Fulan ini tidak bisa keluar dari lumpur sangat miskin.Usaha berdagang atau jual beli selalu rugi karena kebodohan yang menyelimuti mereka.Bekerja kuli juga hanya bergaji cukup makan hari itu,besoknya jika mau makan sekeluarga,keduanya harus membanting tulang bahkan sedikit mengemis-ngemis mencari sesuap nasi bagi mereka.

Hari-hari terus berlalu,anak-anak mereka berangkat dewasa dan minta biaya hidup yang lebih besar tentu saja.Si Sulung sudah mau kelas 6 SD,yang tengah sudah kelas 3,yang bungsu masih di rumah saja karena masih balita.

Keluarga Fulan ini adalah potret kemiskinan dan kefakiran sesungguhnya,miskin harta,miskin ilmu dan miskin segalanya.Mereka di beberapa tahun yang lalu demikian Sabar,masih kuat memegang akidah keyakinannya untuk selalu berdoa dan melakukan ibadah ritual agamanya dengan baik,mereka masih bisa terus tawakkal kepada Tuhannya.Masih memegang akidah yang kuat dan taat sekemampuan mereka.

Namun beberapa waktu kemudian,zaman terus berjalan,anak-anaknya,isterinya dan Fulan pun ikut tergerus zaman yang semakin hedonis dan menuntut untuk hidup selalu ada materi.Apapun yang dilakukan sehari-hari memerlukan sekali barang dan uang untuk memenuhi kebutuhannya.Akhirnya akidah dan keimanan mereka pun semakin memudar.

Tuntutan hidup meskipun miskin,dalam jumlah tertentu mereka perlu sekali Uang.Sekolah anak-anaknya,berobat jika mereka sakit,membetulkan gubuk reyot mereka,anak-anaknya minta jajan,makan,minum,mertua sakit,saduara sakit,menengok saudara sakit dan sebagainya.Semuanya memerlukan uang,tidak memandang bahwa si Fulan ini miskin atau fakir.Uang sangat diperlukan.

Dalam zaman yang Uang sangat berpengaruh yang seolah menjadi darahnya kehidupan saat ini,keluarga Fulan yang fakir adalah manusia yang paling repot,paling susah hidupnya.Setiap saat kesusahan dan kehinaan serta kepedihan hiduplah yang menghiasi hari-harinya di keluarga mereka.

Keluarga Fulan banyak menderita segala kepedihan hidup,hina,dan selalu susah dari kesusahan yang satu berambung bertumpuk jadi gudang kesusahan sepanjang masa.Dan iman mereka akhirnya tenggelam bersama waktu dan kemiskinannya.

***

Suatu hari,kepada Fulan ada yang menawarkan untuk mengubah nasibnya dengan instan dan sesat.Setidaknya menurut ajaran Islam dan kepercayaan samawi lainnya.Ini bukan fiksi saudara-saudara,mohon menjadi renungan bagi saya pribadi sebagai bagian dari umat muslim dan sesama manusia.

Pak Dar,nama disamarkan adalah type orang serakah dan maaf saya tidak bisa berkomentar tentang  akhlak orang lain.Namun ini yang terjadi.

Pak Dar mendatangi tuan Fakir nan miskin Fulan bin Fulan ini,yang sedang mengalami kepedihan maha dahsyat di tengah lumpur kehinaan,kemiskinan dan kepapaan segalanya.Pak Dar menawari Fulan untuk menjadi pelaku "Memuja Setan pemberi kekayaan dengan cara memuja".Ya,menawari Fulan untuk melaksanakan ritual "Pesugihan memuja Setan atau Jin kafir " demi memperoleh harta,demikian kata mereka saat itu.Memuja makhluk gaib demi mendapatkan harta dengan cara sesat menurut keyakinan Islam.

"Kamu Fulan,hanya syarat mau jadi pelaku di ritual pesugihan itu,dan saya akan membiayai semua ongkos-ongkosnya.Nanti setelah kamu berhasil,maka harta yang diperolehnya harus dibagi dua dengan saya," begitu kata Pak Dar dengan berbisik-bisik rahasia suatu malam di rumahnya kepada Tuan Fulan si fakir miskin.

Konon,Fulan harus bersedia menjadi orang yang memuja setan atau makhluk gaib,yang diyakini oleh mereka bisa memberi harta dengan instan setelah memujanya.Sebagai Setan atau Jin Jahat,maka dalam salah satu syaratnya harus rela mempersembahkan nyawa salah seorang anak atau isterinya si Fulan.

Katanya gan,nanti Fulan akan dibiayai oleh Pak Dar pergi ke suatu tempat penujaan,lalu di ritual memuja setan itu akan ada perjanjian,yaitu mahkluk Gaibnya memberi bantuan untuk Fulan menjadi kaya raya,tetapi setiap tahunnya Fulan harus menyerahkan nyawa anak-anaknya kepada Mahkluk Gaib tersebut.

Setelah itu,saya keburu pergi dan tidak tahu cerita selanjutnya,menurut teman saya yang lain,memang Fulan dan Mas Dar pernah tidak ada di kampung selama 2 bulan.Dan ketika pulang anaknya Fulan memang ada yang sakit dan terus meninggal.

Setelah itu saya keburu pergi ke Riyadh,dan putus informasi tentang mereka.Yang kalau ketika saya berada di rumah,si Fulan ini suka curhat tentang hidupnya kepada saya.

Ini cerita seperti pernah dituturkan Fulan dan keluarganya Mas Dar kepada saya sekitar 4 tahun yang lalu.Kelanjutannya kata saudara saya yang di tanah air,saat ini Mas Dar sudah meninggal karena sakit-sakitan,diduga sakitnya karena terlalu memikirkan harta bendanya yang hampir ratusan juta rupiah habis dipakai mengejar "ritual-ritual pemujaan cara menjadi kaya dengan gaib dan instan' macam begitu.

Lalu Fulan dan keluarganya,saat ini masih kata saudara saya di kampung.Fulan tetap miskin dan sudah semakin renta,isterinya sudah meminta cerai dan sekarang entah dimana kabar terakhir menjadi TKI PRT di sebuah negara di Asia.

Anak-anaknya yang masih sisa dua lagi,saat ini dibawa oleh seorang dermawan dan kaya di Bandung,mungkin diadopsi semoga dipelihara dengan baik.

Fulan,sekembalinya dari berbagai ritual pemujaan dan pesugihan sesat itu,akhirnya menderita stress berkepanjangan dan hampir gila,bila bertemu orang-orang maka perkataan dan percakapan beliau suka terus mengoceh pernah meihat uang satu rumah penuh,uang berkarung-karung pelat hijau,atau uang berkarung-karung goni katanya,namun harus ditukar dengan nyawa anak-anaknya.

Entahlah,benar atau tidak,percaya atau tidak namun begitulah.kefakiran harta dan pendidikan bisa sangat dekat dengan kekufuran dan kerusakan hidup di dunia maupun di akhirat.

***

Wallahualam bisawab,tidak ada maksud mempermalukan keluarga Fulan saya menulis ini.Saya posting agar kiranya saya pribadi bisa megambil hikmah dan manfaat dari salah satu contoh terkecil yang faktual terjadi banyak di kita.

Paling tidak,menjadi peringatan bagi diri saya sendiri agar tidak terlempar kepada kesesatan yang nyata,seperti cerita teman saya di atas.Semoga.

***

Kepada teman saudara seiman,mari berdakwah dengan cara yang lebih cerdas,konstruktif dan menggunakan otak bukan mengutamakan urat saraf nan tegang dan pamer otot,merusak fasum,anarki dan membuat onar di masyarakat,dengan tanpa menyentuh sejati-nya atau aslinya masalah kenapa banyak maksiat dan kesesatan di negeri ini.

Salah satunya buatlah teman seiman kita menjadi tidak fakir terus menerus,beri mereka pendidikan yang layak,bantu mereka secara lahir dan bathin,bantu menjadi salah satu pelaku roda ekonomi umat atau bangsa ini.Bukan didakwahi menerus sementara perut mereka dibiarkan pada lapar.

Kefakiran adalah dekat dengan segala kekufuran,kesesatan dan segala keburukan lainnya.Agama sudah selayaknya menyatakan perang kepada segala bentuk kemiskinan  di dunia ini.

Tentunya jadi tugas kita bersama untuk ini,tidak bisa hanya tugas satu golongan saja untuk merubah akhlak umat atau suatu kaum,apalagi untuk memeperbaiki akhlak suatu bangsa yang bukan saja melulu seiman dan segama.

Salam ukhuwah.Salam silaturahmi.

0 comments: