Minggu, 11 September 2022

Kita Makan Uang ?

Bernadaindo.

Beberapa orang ada yang sangat tergantung kepada uang.Artinya jika tak ada uang maka tidak bisa makan.Jika akan makan mesti ada uang,beli beras dulu,beli sayur dulu,beli buah dulu baru bisa masak,baru bisa makan.

Bukankah sungguh khawatir kondisi yang  demikian ?

Iya kalau gaji lebih dari cukup,iya kalau tabungan di bank atau celengan aman terkendali,iya kalau badan selalu sehat,iya kalau anda pegawai negeri,atau pegawai BUMN,iya kalau anda pegawai perusahaan yang mapan yang terjamin tidak akan ada PHK atau perusahaannya bangkrut,iya kalau usaha Anda sudah besar dan tidak bangkrut
.
Tentu yang posisi tersebut di atas,sementara tidak akan sampai tidak makan karena uangnya datang dengan teratur dan tetap.
Terapi meskipun uangnya bersifat tetap,sewaktu-waktu karena salah kelola kalangan inipun bisa terkena krisis makan juga.

Apalagi bagi yang penghasilannya kecil atau tidak tetap,tidak punya tabungan,tidak ada cadangan uang,padahal resiko sehari-hari terutama makannya sangat tergantung kepada uang tunai,ada uang tunai mereka makan tidak ada uang tidak bisa membeli makan,akhirnya hutang uang kemana-mana daripada tidak makan.

Untuk itulah jika kita mempunyai tanah dan lahan sawah sebaiknya jangan dijual,atau sisihkan hasil usaha dengan membeli lahan sawah atau kebun.

Jika kita memiliki lahan tanah atau sawah,kita bisa mandiri swasembada pangan,artinya jika tidak memiliki uang seperak pun kita dan keluarga tetap bisa makan yang cukup dengan gizi yang cukup.

Beras hasil dari sawah sendiri,sayur mayur dari kebun sendiri,daging ayam atau ikan dari kolam sendiri,telor ayam dari ternak sendiri,buah-buahan dari kebun sendiri.

Dimasak ditungku dapur kotor dengan bahan kayu bakar dari kebun sendiri,kebtuhan air minum dan air bersih dari sumur sendiri,ditimba tidak memakai pompa listrik.

Kebutuhan listrik rumah tangga dari pembangkit mini aliran air atau tenaga Surya sendiri.

Jika bisa menciptakan kondisi rumah dan lingkungan seperti itu,dijamin serasa di sorga dunia yang tidak seratus persen tergantung kepada uang dan uang.

Untuk transportasi bisa jalan kaki atau bersepeda,kecuali yang jauh dan sangat penting,maka jika BBM naik kita tidak terlalu pusing dengan inflasi dan berkurangnya nilai beli uang tunai kita.

Swasembada pangan,tidak terlalu bergantung kepada uang semua sendi kehidupan,sistem inilah yang saat ini sudah banyak ditinggalkan generasi milenial.

Tentu tidak bijaksana jika lahan dan sawah dijual hanya untuk ditukar dengan untuk menyogok masuk kerja,atau dijual untuk sebuah hal yang kurang bermanfaat,apalagi dijual hanya untuk berpoya-foya ,alamat sengsara akan terus repot dengan kebutuhan resiko sehari-hari.

Jika sudah ada tanah atau sawah di kampung,sekuat tenaga jangan jual hanya buat hidup di kota,apalagi sampai habis-habisan demi untuk hidup ke kota.

Jika hidup di kota pun tetap mengalir pasokan pangan dari tanah sawah dan kebun dari kampung.Dan uang yang didapat tidak habis terus hanya untuk urusan makan,karena kebutuhan pangan keluarga sudah terpenuhi dari lahan sendiri.

Mandiri swasembada pangan.
Dan keuangan keluarga pun terjaga dari serangan krisis atau kurang uang meskipun kadang terjadi inflasi dan harga kebutuhan naik harganya.Dipastikan keluarga yang sudah swasembada pangan akan tetap stabil meskipun ekonomi nasional atau global dilanda krisis.

Tentu ini sekedar gambaran saja,jika rumah tangga kita masih bisa diciptakan kondisi seperti ini,insya Alloh tidak akan terlalu pusing jika keuangan sedang tidak ramah ke dompet kita,hehe.....!

Hanya berbagi pengalaman dan cerita perjalanan saja,hidup Anda adalah hak Anda menentukan mau bagaimana,dimana,dan pilihan menghabiskan waktu perjalanan hidup ini.

Hak setiap orang untuk memilih jalan hidupnya,artikel-artikel di blog saya ini hanyalah sekedar berbagi pengalaman sedikit tentang jutaan atau milyaran jalan hidup manusia.

Semoga kita semua bahagia.Amiin.

0 comments: