Senin, 11 Juni 2012

Berkumpul,Berkerumun,Berdebat dan Mengendalikan Diri

Sebagai makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendiri di dunia ini, dalam kehidupannya manusia membutuhkan kerumunan,komunitas dan hidup bermasyarakat.

Hidup tidak bisa sendirian,membutuhkan peran orang lain,termasuk kehidupan di masyarakat maya,hampir serupa dengan hidup di sebenarnya dunia nyata.

Mengapa Facebook menjadi ramai dan sangat membludak anggotanya,termasuk jejaring sosial lainnya,juga komunitas blogger dan komunitas maya lainnya,karena sebenarnya hasrat alami manusia gemar dan suka berkerumun.

Dalam kehidupan nyata ketika sedang suntuk di rumah sendirian,kadang butuh berkerumun,berkumpul dan bersosialisasi dengan teman,kerabat,atau tetangga rumah.

Tidak heran banyak kaum ibu atau bapak-bapak di sebuah komplek perumahan misalnya ketika waktu senggang suka berkumpul,mengobrol dan bercengkerama di depan sebuah rumah,di gardu ronda, di pojokkan warung,di cafe-cafe ,di pinggir jalan,di warung tenda,dan sebagainya.

Itu semua pada dasarnya kita membutuhkan kerumunan,kebutuhan naluri berkumpul,bayangkan jika setahun saja kita berada dalam kamar yang tertutup tidak pernah berienteraksi dengan teman di luar sana,apa yang terjadi ?

Pasti stress..hehe.

Berbahaya bagi perkembangan jiwa,yaitu bisa-bisa pikiran jadi kerdil dan akan sering "bermasturbasi' di segala bidang,egois dan cetek pemikiran,karena jarang bergaul tidak elegan dan tidak akan terlatih kelenturan berpikir dan bersikap.

Pikiran dan sikap cenderung akan kaku, kurang percaya diri,egois, selalu merasa diri sendirilah yang terbaik,karena tidak ada pembanding sebagai bahan pembelajaran mengembangkan mental dan fisik kita.
Serta tidak selalu terlatih untuk bertepa seliro dan berinteraksi dengan semestinya.

Ketika muncul kebutuhan itulah manusia memerlukan manfaatnya dari bergaul,berinteraksi,berkumpul dan berkerumun,bisa melepaskan segala rasa di hati,menambah wawasan,melatih kelenturan bersikap dan bertutur secara baik serta banyak mengambil hikmah yang didapat.

Dibalik semua ini,dalam prakteknya membutuhkan seni bergaul tersendiri,yaitu dimana ketika sudah terlibat dalam sebuah perkumpulan artinya kita ikut larut berpartisipasi di dalamnya.

Dalam komunitas tulis menulis atau komunitas "banyak bicara' alinnya terutama,jika jiwa kita kerdil dan belum siap untuk menerima perbedaan dan kurang menguasai secara materi yang "diperbincangkan' hati-hatilah bisa masuk ke berbagai jebakan putaran buih perdebatan yang bernilai sampah dan tidak akan berujung.

Perebatan yang sama sekali tidak berguna,berbahaya bisa memecah niat baik di awal-awal kita ingin berkerumun.

Tidak jarang hanya karena semuanya ngotot perbincangan yang tadinya hanya bersendagurau dan iseng melempar topik tertentu di kerumunan, di pos Siskamling misalnya bisa berakibat mengarah ke perdebatan seru tanpa arah dan berakhir dengan "tidak saling sapa' malah terjadi bentrokan diantara tetangga.

Tidak sedikit terjadi antara tetangga di kampung menjadi tidak bertegur sapa hanya karena asalnya berdebat kusir di pos ronda ,atau karena berdebat sesuatu di kalangan ibu-ibu di sebuah warung komplek rumahnya dan sebagainya.

Demi menghindari itu semua,saya sendiri selalu mundur teratur,terutama setelah mempertimbangkan baik dan buruk serta menimbang kembali seberapa manfaat bila kita meneruskan "debat' sampah tersebut.

Kecuai jika menyerang hal-hal pribadi yang sudah diluar batas,tentu saja harus membereskannya dengan secara pribadi pula,itupun caranya dengan teknik yang baik-baik dan memilih lokasi serta kondisi antar personal atau empat mata dalam menyelesaikannya.

Kalau di dunia maya ya melalui jaringan pribadi-lah,kurang bijak jika masalah debat ranah pribadi kemudian berkoar di depan khalayak kerumunan,alih-alih akan selesai masalah, malahan hanya akan bertambah ramai dan kacau tidak karuan saja,karena banyak pihak ketiga dan keempat yang ikut nimbrung memasuki pokok masalah,sehingga debat semakin melebar tidak karuan ngaco dan tambah ngerecokin.

Pengendalian diri sendirilah yang penting jika sudah begini,sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir kita masing-masing,sesuai dengan pengalaman hidup secara pribadi.

Pengalaman hidup dan tingkat kedewasaan seseorang itulah yang akan segera mendapat titik temu jika ada kesalahpahaman atau bahkan perbedaan pendapat di kerumunan.

Ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan juga berpengaruh,tetapi hanya pintar saja tidak cukup, justeru cenderung rasa kepintarannya itulah yang menjadikan sebuah masalah kecilpun menjadi dibesar-besarkan,bila....kepintarannya tidak disertai oleh sikap bijak dan dewasa.

Kedewasaan dan kebijakan berpikir dan bertindak ,hanya bisa didapat oleh seeorang yang telah berpengalaman serta mau belajar dari pengalamannya.

Semakin lama usia manusia di dunia ini,idealnya pengalaman  hidupnya semakin banyak dan akan semakin banyak ilmu kebijakan yang didapatinya.

Meskipun memang relatif tidak berlaku umum,namun paling tidak jika seseorang telah lama berada di dunia paling tidak sudah tahu apa dan harus bagaimana menyikapi hidup ini meskipun hanya tahu sedikit misalnya.

***

Berkumpul,berkerumun,berdebat adalah manusiawi banget, namun di dalam menjalaninya perlu pengendalian diri yang baik dan bijaksana .terutaman dalam menyikapi perbedaan di kalangan kerumunan.

Semua fenomena kehidupan yang terjadi bisa ditangkap dan diambil hikmahnya sebagai bahan pembelajaran untuk menuju hidup lebih baik,bagi saya pribadi itulah salah satu manfaat dari ikut berkerumun di ranah manapun.

Yaitu untuk menambah ilmu dan pengalaman hidup.

*) Ini hanyalah sebuah catatan ringan yang masih akan saya edit kemudian sambil berjalan,terima kasih mampirnya kawan.Salam.

0 comments: