"Sukses" dalam tanda kutip,artinya jika serba pintar dan serba bisa,memungkinkan diri kita tidak akan fokus dan cenderung perhatian serta konsentrasi tertentu akan buyar dan melebar,tidak fokus.
Hal-hal teknis misalnya jika seseorang serba bisa, montir mobil bisa,montir motor bisa,bengkel komputer bisa,berdagang bisa,menulis bisa,jadi paranormal bisa,jadi pengkhutbah bisa,jadi konsultan bisa,jadi teknisi listrik bisa,jadi guru bisa,jadi operator komputer bisa,jadi operator alat berat bisa,jadi apapun bisa dan pintar misalnya.Cenderung akan kurang menikmati posisinya saat ini,cenderung akan larak-lirik ke ranah lain.
Berdasar pengalaman,teman-teman saya yang prestasi akademisnya pada waktu sekolah formal dahulu jaman saya SMP,SMA dan sebentar kuliah,nilai angka-angka di raport dan skrip nilainya semuanya rata-rata delapan atau sembilan atau B dan A di kuliahan,ternyata di kehidupan sehari-harinya hanya menjadi orang-orang biasa saja,kebanyakan bahkan hanya berkutat di sebagai "kuli" saja
Mereka bukan oon,malah saya rasa mereka genius di akademis,tetapi dalam kehidupan,spesial di karier dan atau bisnis mereka hanya mencapai taraf biasa saja,beberapa diantaranya malah dibawah rata-rata,karena mereka cenderung kurang tekun dan kurang fokus.
Setuju atau tidak,bukan itu tujuan kita berbagi,namun berharap ada manfaat sari share postingan ini,minimal bagi saya sendiri dan pengalaman kita.Atau mungkin bisa menambah informasi untuk menyikapi tentang menyikapi studi dan masa depan anak-anak kita.
Banyak ortu yang berharap dan menomorsatukan nilai akademis anak-anak harus selalu semua nilainya bagus-bagus,ketika ada angka merah di raport anak kita dan di pelajaran lain ada yang angka bagus,lantas banyak ortu yang kecewa.Padahal jika jeli kita tidak layak marah atau malah kecewa.
Maaf saya bukan menggurui,sekali lagi hanya berbagi pengalaman saja.
Padahal jika jeli dan sebagai ortu bijak,dari ketimpangan nilai raport anak-anak kita tersebut paling tidak,ada terdapat indikasi untuk pedoman kita sebagai ortu untuk mengarahkan mau kemana anak kita di kehidupannya nanti.
Misalnya nilai kesenian dan budaya serta bahasanya baik,namun angka ilmu pasti dan exactnya merah,tak usahlah kita kecewa,artinya anak-anak kita berpotensi di bidang seni dan budaya.Dorong dan dukunglah ke arah sana,setelah berkomunikasi dengan anak tentunya.
Termasuk diri kita,kesuksesan karier dan usaha,secara khusus kita fokus ke sukses secara bisnis level manapun,yang kebanyakan orang-orang sukses di bisnis tidak selalu orang pintar dan serba bisa,tetapi mereka yang sukses sudah tahulah kita semua,yaitu pada umumnya mereka yang tekun,rajin,setia dan loyal terus dalam bidangnya,Fokus.
Yang serba bisa dan serba pintar cenderung konsentrasinya buyar,karena berbagai kemudahan di lingkungan untuk menerima loncatan-loncatan kurang bergunanya,dan paling parah adalah mental sombong dan serakahnya dari si pemilik tubuh yang serba bisa dan serba pintar itu.
Artinya serakah dan sombong karena memang ";lowongan dan kesempatan untuk loncat-loncat" bagi si serba bisa sangat luas dan besar peluangnya,sepertinya peluang bagi si pintar sangat tidak terbatas.
Karena peluang yang gampang dan kesempatan yang luas,kebanyakan yang macam begini menjadi gemar berkutu loncat,tidak konsentrasi,tidak setia,kurang puas,lebih jauhnya bahkan kurang mensyukuri apa yang sedang diperolehnya di tempat dan suasana saat ini.
Selalu tertantang untuk meloncat ke posisi-posisi baru,yang tentu saja jika loncat-loncat terus ke dunia baru akan selalu memulai lagi dari nol dan dari nilai nol lagi,tidak sabar menapaki tahap atau fase-fase ke tingkat berikutnya,tidak setia dengan kondisi yang ada,karena memang peluangnya sangat banyak.
Salam.
AWD.
Ilustrasi : shutterstock
Hal-hal teknis misalnya jika seseorang serba bisa, montir mobil bisa,montir motor bisa,bengkel komputer bisa,berdagang bisa,menulis bisa,jadi paranormal bisa,jadi pengkhutbah bisa,jadi konsultan bisa,jadi teknisi listrik bisa,jadi guru bisa,jadi operator komputer bisa,jadi operator alat berat bisa,jadi apapun bisa dan pintar misalnya.Cenderung akan kurang menikmati posisinya saat ini,cenderung akan larak-lirik ke ranah lain.
Berdasar pengalaman,teman-teman saya yang prestasi akademisnya pada waktu sekolah formal dahulu jaman saya SMP,SMA dan sebentar kuliah,nilai angka-angka di raport dan skrip nilainya semuanya rata-rata delapan atau sembilan atau B dan A di kuliahan,ternyata di kehidupan sehari-harinya hanya menjadi orang-orang biasa saja,kebanyakan bahkan hanya berkutat di sebagai "kuli" saja
Mereka bukan oon,malah saya rasa mereka genius di akademis,tetapi dalam kehidupan,spesial di karier dan atau bisnis mereka hanya mencapai taraf biasa saja,beberapa diantaranya malah dibawah rata-rata,karena mereka cenderung kurang tekun dan kurang fokus.
Setuju atau tidak,bukan itu tujuan kita berbagi,namun berharap ada manfaat sari share postingan ini,minimal bagi saya sendiri dan pengalaman kita.Atau mungkin bisa menambah informasi untuk menyikapi tentang menyikapi studi dan masa depan anak-anak kita.
Banyak ortu yang berharap dan menomorsatukan nilai akademis anak-anak harus selalu semua nilainya bagus-bagus,ketika ada angka merah di raport anak kita dan di pelajaran lain ada yang angka bagus,lantas banyak ortu yang kecewa.Padahal jika jeli kita tidak layak marah atau malah kecewa.
Maaf saya bukan menggurui,sekali lagi hanya berbagi pengalaman saja.
Padahal jika jeli dan sebagai ortu bijak,dari ketimpangan nilai raport anak-anak kita tersebut paling tidak,ada terdapat indikasi untuk pedoman kita sebagai ortu untuk mengarahkan mau kemana anak kita di kehidupannya nanti.
Misalnya nilai kesenian dan budaya serta bahasanya baik,namun angka ilmu pasti dan exactnya merah,tak usahlah kita kecewa,artinya anak-anak kita berpotensi di bidang seni dan budaya.Dorong dan dukunglah ke arah sana,setelah berkomunikasi dengan anak tentunya.
Termasuk diri kita,kesuksesan karier dan usaha,secara khusus kita fokus ke sukses secara bisnis level manapun,yang kebanyakan orang-orang sukses di bisnis tidak selalu orang pintar dan serba bisa,tetapi mereka yang sukses sudah tahulah kita semua,yaitu pada umumnya mereka yang tekun,rajin,setia dan loyal terus dalam bidangnya,Fokus.
Yang serba bisa dan serba pintar cenderung konsentrasinya buyar,karena berbagai kemudahan di lingkungan untuk menerima loncatan-loncatan kurang bergunanya,dan paling parah adalah mental sombong dan serakahnya dari si pemilik tubuh yang serba bisa dan serba pintar itu.
Artinya serakah dan sombong karena memang ";lowongan dan kesempatan untuk loncat-loncat" bagi si serba bisa sangat luas dan besar peluangnya,sepertinya peluang bagi si pintar sangat tidak terbatas.
Karena peluang yang gampang dan kesempatan yang luas,kebanyakan yang macam begini menjadi gemar berkutu loncat,tidak konsentrasi,tidak setia,kurang puas,lebih jauhnya bahkan kurang mensyukuri apa yang sedang diperolehnya di tempat dan suasana saat ini.
Selalu tertantang untuk meloncat ke posisi-posisi baru,yang tentu saja jika loncat-loncat terus ke dunia baru akan selalu memulai lagi dari nol dan dari nilai nol lagi,tidak sabar menapaki tahap atau fase-fase ke tingkat berikutnya,tidak setia dengan kondisi yang ada,karena memang peluangnya sangat banyak.
Salam.
AWD.
Ilustrasi : shutterstock
0 comments:
Posting Komentar