Kamis, 29 Maret 2012

Lalu Bagaimana setelah Bergelar "Haji" atau "Hajjah" ?

Oleh : A Wierodjampang

Beberapa orang Indonesia atau hampir semua orang, suka sekali menambahkan gelar,titel atau embel-embel sesuatu di depan nama diri baik sebagai gelar,atau titel yang didapat secara formal melalui jenjang pendidikan atau gelar yang informal,keturunan dan lain sebagainya

Hal demikian tidaklah salah atau malah itu sebagai cermin bahwa kita mencintai diri sendiri dan menghargai hasil ikhtiar dan usaha kita.Disamping juga menjadi hak pribadi masing-masing sebagai individu.

Yang menjadi menarik adalah ketika titel atau gelar yang dimaksud adalah sesuai atau tidak,atau sesuai tidak dengan kualitas penyandang gelar atau titel di depan atau belakang nama itu dengan kehidupan dan pribadi riil kita di kehidupan.

Sekedar mengulas saja tentu ini hanya untuk sekedar mengingatkan pada diriku sendiri dan paling tidak untuk mari bersama mengevaluasi diri secara positif.

Misalnya sekedar untuk perbandingan, Dr untuk titel orang yang ahli dan berkemampuan di bidang kedokteran,atau DR orang yang ilmu pengetahuan akademisnya di atas para sarjana,SH titel untuk orang yang ahli dan tahu seluk beluk hukum dengan segala macamnya sesuai bidang dan jenisnya masing-masing.

Tentu akan kelihatan lucu bila seorang yang bertitel Dokter tetapi tidak ahli dalam bidang mengobati orang sakit,atau Doktor tetapi ilmu pengetahuan dan wawasannya setara dengan lulusan SD,atau yang bergelar SH tetapi tak tahu selk beluk Hukum,(maaf ini sekedar contoh saja dari sekian banyak titel dan gelar di kita) atau bertitel Raden tetapi akhlaknya tidak sebagai negarawan yang baik dan lain-lain.

Bila terjadi kepribadian yang berlawanan dengan titel yang disandangnya,tentu orang lain akan bertanya,jangan-jangan itu titel palsu,gelar palsu,pangkat palsu dan lain-lain.

Begitu juga dengan gelar Haji di depan nama seorang muslim,gelar Haji adalah gelar yang bukan saja sebagai gelar formalitas di kartu nama saja,tetapi juga berhubungan dengan masalah Habluminallah (hubungan dengan Allah) yaitu sebagai ciri bahwa seorang haji adalah muslim yang telah melaksanakan semua rukun Islamnya dengan sempurna (penuh),telah menunaikan semua Rukun Agama Islam.termasuk rukun menunaikan ritual ibadah haji.

Masalahnya bukan di gelar atau tidak bergelar haji,tetapi pengaruh kepada  akhlak haji tersebut,sebagai seorang muslim yang telah menyempurnakan rukun agamanya tentu saja akhlaknya juga harus lebih baik dari yang belum sempurna menunaikan rukun Islamnya.

Meskipun kenyataannya tidak selalu demikian, paling tidak idealnya,seharusnya begitu.

Sehingga jikalau ber haji (menunaikan haji) niatnya dari semula karena Allah,Bismillah karena Allah disertai dengan keihklasan sebagai spirit ketauhidan pribadi,tentu akan manghasilkan akhlak-akhlak yang baik dan tidak munafik,akhlak yang mulia sebagaimana tujuan idealnya dari nilai agama Islam yaitu menjadikan semua penganutnya berakhlakulkarimah (akhlak yang mulia) sehingga Agama Islam pun menjadi Rahmatan lil alamin (pembawa berkah dan keselamatan di jagat alam ini).

Setelah bertitel haji apakah tidak malu minimal kepada diri sendiri lalu malu oleh sesama manusia dan lebih jauhnya malu oleh Allah SWT,apabila setelah berhaji masih mau merentenkan uang,apakah masih mau korupsi,apakah masih mau sirik kepada tetangga,apakah masih mau menyikut teman sejawat,apakah setelah berhaji masih acuh saja kepada saudara yang masih miskin dan melarat,apakah setelah berhaji masih mau bermain perempuan,bermain judi,melacur,gibah,suka membicarakan keburukan orang lain,suka memfitnah,suka mabuk-mabukan,apakah pantas sudah berhaji masih suka beburuk sangka pada sesama,apakah sesduah berhaji masih suka sombong dengan kepintaranmu,dengan pangkatmu,dengan jabatanmu,sombong dengan ilmu dan pendidikan tinggimu,sombong dengan segala keahlian dan kelebihan dirimu.? diri kita ?

Mudah-mudahan setelah berhaji,dan pantas menyandang gelar Haji atau hajjah di depan nama seseorang yang telah menunaikan ritual ibadah haji,maka bersama itu pula semua akhlak dan kepribadiannya sesuai dengan titel yang mau tertulis atau tidak mau tertulis secara formal di depan namanya.

0 comments: