Menyepi,sunyi dan senyap adalah kata sinonim, mempunyai makna yang kurang lebih sama.Yaitu keluar dari situasi keramaian baik keramaian microcosmos (diri manusia,diri sendiri) maupun keramaian dunia (macrocosmos).
Paling populer jika mendengar kata menyepi, terbayang kebiasaan saudara umat Hindu merayakan hari raya Tahun barunya dengan berbagai ritual keagamaan, hari raya Nyepi.Biasanya pada hari pertama tahun baru saka-mereka saudara umat Hindu menyetop semua aktivitasnya dan menyepi,semedi,tapa brata di rumah masing-masing,menghentikan segala kegiatan dunianya sehari semalam kecuali kegiatan yang sifatnya sangat penting dan darurat,misalnya kegiatan rumah sakit dan pelayanan kemanusiaan yang bersifat urgen.
Saya bukan mau menulis tentang hari raya Nyepi-nya,tetapi masih berhubungan dengan fitrah manusia pada umumnya,agama apapun kita,siapapun kita.
Juga tak mau melihat perbedaan apapun,karena kalau selalu melihat segala perbedaan, topik akan melebar ke polemik tak berujung jika berdebat tentang siapa "kecap terbaik dan kecap nomor satu " dalam hal keagamaan.
Namun,mari saya ajak kita menyimak kata Sepi,Sunyi dan Senyap !
Jaman sekarang,hari gini,saat ini dunia kita begitu ramainya sejalan dengan terus melajunya tingkat peradaban manusia sebagai makhluk hidup yang terus berpikir dan berkembang.
Termasuk diri kita,mau tidak mau ikut melarut di dalam arus perkembangan ilmu dan teknologi serta kemajuan berbagai bidang di jamannya.Hal ini merasuk mempengaruhi gaya hidup kita sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial,sebagai benda microcosmos dan macrocosmos dunia kecil (diri sendiri) dan dunia besar,luas (kehidupan ini).
Dampak dari kemajuan peradaban yang sangat cepat,hitungan detik perdetik apapun selalu berubah dengan percepatan yang signifikan,membawa dampak tersendiri bagi gaya hidup dan perkembangan jiwa dan tubuh jasad kita.
Gaya hidup berteknologi,gaya hidup tergantung pada gadget,cara bergaul,cara bermasyarakat,cara semua tatanan bermasyarakat terus berubah dari hari ke hari,dari jam ke jam dari menit ke menit.Tuntutan hidup yang juga terus dinamis bergerak searah perkembangan dan kemajuan segala bentuk peradaban.
Semua hal ini menjadikan sebagian manusia menjadi gamang,banyak yang tergerus oleh kemajuan jaman,terbawa arus modernisasi sehingga tak sedikit yang kehilangan identitas dirinya sebagai manusia pribadi dan sebagai makhluk sosial, paling parah banyak yang kelimpungan mencari jati diri serta tersesat di alam euforia kemajuan peradaban.
Apa akibat yang terasa di diri ini ?
Dampaknya adalah hedonisme,materialisme,ketergantungan pada segala bentuk materi sepertinya tak bisa dihindarkan sehingga menciptakan sesuatu yang sangat hingar bingar,seolah semua manusia menuju ke satu arah yaitu mencapai kepuasan materialis,berlomba meraih semua puncak pundi-pundi kekayaan yang menjanjikan kenyamanan dan kebahagiaan semu.
Lalu tercapaikah pencapaian dan semua gerak langkah tersebut,mencapai sebuah zona menjanjikan yaitu zona nyaman di ujung perjuangan dengan hasil materi ?
Jawabannya pasti beragam,banyak yang sukses mencapai puncak,tapi tak sedikit pula yang terkapar jatuh di tengah proses,atau bahkan tidak sedikit yang terkapar tak berdaya diinjak garis hidup di awal atau di tahap bontot menjelang zona sukses,atau bahkan banyak yang kalah sebelum bertanding.Tetapi tetap saja semua manusia hari ini terus semua mata hatinya menatap ke sana,ke puncak materialisme dan kejayaan materi,ke pundi-pundi gelimang emas kejayaan harta dan uang.
Manusiawi,human being adalah alasan pembenaran dari semua hiruk pikuknya segala bentuk usaha dan action menuju ke sana itu.
Ya semua mengejar materi karena saat ini materi sangat perlu tak bisa munafik tak bisa memungkiri dan tak bisa berkilah dari itu semua,dan materi itu dalam bentuk praktis dan simpel kita sebut saja Harta dan Uang dalam arti yang sebenarnya.
Semua hal itu melahirkan segala dampak negatif bagi perkembangan dan kesehatan mental dan fisik kita,bahkan berdampak "sakit" pula terhadap dunia itu sendiri (lingkungan).Kemerosotan moral,etika dan akhlak terjadi dimana-mana,tak peduli bahkan di sekitar tempat-tepat sakral keagamaan apapun,kemunafikan,kedhaliman makin menjadi,syetan berpesta pora di mana-mana,angkara murka tersebar di seluruh pelosok dunia makro,terselip diantara dunia-dunia kecil (diri manusia).
Kalau sudah begini semua dunia baik mikro (manusia,diri kita) dan dunia luas,menjadi semakin meradang,resah gelisah,kacau balau,abrasi identitas,luntur segala aturan agama,risau dan porak poranda semua tatanan aturan kehidupan yang benar.
Dunia sebenarnya telah porak poranda dan hingar bingar dengan segala kepalsuannya.
Di saat-saat begitulah,semua keresahan,resah gelisah dan saat hampir kehilangan identitas sebenarnya dunia makro dan mikro,tak ada salahnya kita berbuat dari diri sendiri dulu (dunia mikrokosmos,dunia kecil diri ini),untuk merenung,menyimak,dan membaca kembali siapa diri ini,mau apa diri ini dan bagaimana selanjutnya diri ini dlsb tentang penghayatan visi misi untuk apa kita hidup dengan cara salah satunya sesekali atau rutin untuk "menyepi'.
Dalam Islam diterangkan bahwa saat yang terbaik dan paling dekat di kabulkan doa dan pengharapan makhluk adalah disaat sepertiga malam,saat dinihari dikala semua makhluk alam sekitar terlelap dalam tidur,artinya saat-saat sepi adalah saat terbaik berdialog diri sendiri dengan Allah SWT,di dalam Hindu saat sedang semedi (menyepi) adalah saat terbaik untuk merenungi kembali kehidupan ini dan saya rasa di semua agama samawi pasti ada keterangan termaksud.
****
Intinya,kita sebagai manusia bagian dari makrokosmos (dunia ini),yang jikalau saat ini sedang selalu gundah gulana,resah gelisah,meradang,merana,resah jiwa,resah pikiran,tidak tenang,hidup gamang,hidup terasa hampa,terasa otak cape dan lelah dan semua gejala keresahan lainnya.
Tak ada salah bila sesekali atau rutin tiap hari,menyegarkan,merefresh tubuh dan jiwa kita dengan ritual "menyepi"dalam kontek dan bentuk masing-masing sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing.
Atau secara manusiawi sesekali coba kita menyingkir dulu dari semua hiruk pikuk gadget dan gaya hidup selama ini,mungkin luangkan waktu satu atau dua jam untuk melakukannya,misalnya kita sendirian di sebuah ruangan yang privat lalu matikan semua alat elektronik,gadget dan putuskan semua komunikasi dan interaksi dengan dunia luar sementara,hiruplah kenyamanan dengan mengambil nafas dalam-dalam,berat dan tenang,merenung dan berbicaralah dengan diri sendiri lalu mengadulah ke TuhanYME.
Dan setelah itu,rasakan ada suatu rasa pembaharuan di ruang hati kita,suatu kesegaran baru di tubuh kita,semoga semakin menambah kenyamanan dalam menjalani hidup di tengah hingar bingarnya dunia saat ini.
Salam hangat buat semua.
penulis : Aang Wierodjampang.
Paling populer jika mendengar kata menyepi, terbayang kebiasaan saudara umat Hindu merayakan hari raya Tahun barunya dengan berbagai ritual keagamaan, hari raya Nyepi.Biasanya pada hari pertama tahun baru saka-mereka saudara umat Hindu menyetop semua aktivitasnya dan menyepi,semedi,tapa brata di rumah masing-masing,menghentikan segala kegiatan dunianya sehari semalam kecuali kegiatan yang sifatnya sangat penting dan darurat,misalnya kegiatan rumah sakit dan pelayanan kemanusiaan yang bersifat urgen.
Saya bukan mau menulis tentang hari raya Nyepi-nya,tetapi masih berhubungan dengan fitrah manusia pada umumnya,agama apapun kita,siapapun kita.
Juga tak mau melihat perbedaan apapun,karena kalau selalu melihat segala perbedaan, topik akan melebar ke polemik tak berujung jika berdebat tentang siapa "kecap terbaik dan kecap nomor satu " dalam hal keagamaan.
Namun,mari saya ajak kita menyimak kata Sepi,Sunyi dan Senyap !
Jaman sekarang,hari gini,saat ini dunia kita begitu ramainya sejalan dengan terus melajunya tingkat peradaban manusia sebagai makhluk hidup yang terus berpikir dan berkembang.
Termasuk diri kita,mau tidak mau ikut melarut di dalam arus perkembangan ilmu dan teknologi serta kemajuan berbagai bidang di jamannya.Hal ini merasuk mempengaruhi gaya hidup kita sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial,sebagai benda microcosmos dan macrocosmos dunia kecil (diri sendiri) dan dunia besar,luas (kehidupan ini).
Dampak dari kemajuan peradaban yang sangat cepat,hitungan detik perdetik apapun selalu berubah dengan percepatan yang signifikan,membawa dampak tersendiri bagi gaya hidup dan perkembangan jiwa dan tubuh jasad kita.
Gaya hidup berteknologi,gaya hidup tergantung pada gadget,cara bergaul,cara bermasyarakat,cara semua tatanan bermasyarakat terus berubah dari hari ke hari,dari jam ke jam dari menit ke menit.Tuntutan hidup yang juga terus dinamis bergerak searah perkembangan dan kemajuan segala bentuk peradaban.
Semua hal ini menjadikan sebagian manusia menjadi gamang,banyak yang tergerus oleh kemajuan jaman,terbawa arus modernisasi sehingga tak sedikit yang kehilangan identitas dirinya sebagai manusia pribadi dan sebagai makhluk sosial, paling parah banyak yang kelimpungan mencari jati diri serta tersesat di alam euforia kemajuan peradaban.
Apa akibat yang terasa di diri ini ?
Dampaknya adalah hedonisme,materialisme,ketergantungan pada segala bentuk materi sepertinya tak bisa dihindarkan sehingga menciptakan sesuatu yang sangat hingar bingar,seolah semua manusia menuju ke satu arah yaitu mencapai kepuasan materialis,berlomba meraih semua puncak pundi-pundi kekayaan yang menjanjikan kenyamanan dan kebahagiaan semu.
Lalu tercapaikah pencapaian dan semua gerak langkah tersebut,mencapai sebuah zona menjanjikan yaitu zona nyaman di ujung perjuangan dengan hasil materi ?
Jawabannya pasti beragam,banyak yang sukses mencapai puncak,tapi tak sedikit pula yang terkapar jatuh di tengah proses,atau bahkan tidak sedikit yang terkapar tak berdaya diinjak garis hidup di awal atau di tahap bontot menjelang zona sukses,atau bahkan banyak yang kalah sebelum bertanding.Tetapi tetap saja semua manusia hari ini terus semua mata hatinya menatap ke sana,ke puncak materialisme dan kejayaan materi,ke pundi-pundi gelimang emas kejayaan harta dan uang.
Manusiawi,human being adalah alasan pembenaran dari semua hiruk pikuknya segala bentuk usaha dan action menuju ke sana itu.
Ya semua mengejar materi karena saat ini materi sangat perlu tak bisa munafik tak bisa memungkiri dan tak bisa berkilah dari itu semua,dan materi itu dalam bentuk praktis dan simpel kita sebut saja Harta dan Uang dalam arti yang sebenarnya.
Semua hal itu melahirkan segala dampak negatif bagi perkembangan dan kesehatan mental dan fisik kita,bahkan berdampak "sakit" pula terhadap dunia itu sendiri (lingkungan).Kemerosotan moral,etika dan akhlak terjadi dimana-mana,tak peduli bahkan di sekitar tempat-tepat sakral keagamaan apapun,kemunafikan,kedhaliman makin menjadi,syetan berpesta pora di mana-mana,angkara murka tersebar di seluruh pelosok dunia makro,terselip diantara dunia-dunia kecil (diri manusia).
Kalau sudah begini semua dunia baik mikro (manusia,diri kita) dan dunia luas,menjadi semakin meradang,resah gelisah,kacau balau,abrasi identitas,luntur segala aturan agama,risau dan porak poranda semua tatanan aturan kehidupan yang benar.
Dunia sebenarnya telah porak poranda dan hingar bingar dengan segala kepalsuannya.
Di saat-saat begitulah,semua keresahan,resah gelisah dan saat hampir kehilangan identitas sebenarnya dunia makro dan mikro,tak ada salahnya kita berbuat dari diri sendiri dulu (dunia mikrokosmos,dunia kecil diri ini),untuk merenung,menyimak,dan membaca kembali siapa diri ini,mau apa diri ini dan bagaimana selanjutnya diri ini dlsb tentang penghayatan visi misi untuk apa kita hidup dengan cara salah satunya sesekali atau rutin untuk "menyepi'.
Dalam Islam diterangkan bahwa saat yang terbaik dan paling dekat di kabulkan doa dan pengharapan makhluk adalah disaat sepertiga malam,saat dinihari dikala semua makhluk alam sekitar terlelap dalam tidur,artinya saat-saat sepi adalah saat terbaik berdialog diri sendiri dengan Allah SWT,di dalam Hindu saat sedang semedi (menyepi) adalah saat terbaik untuk merenungi kembali kehidupan ini dan saya rasa di semua agama samawi pasti ada keterangan termaksud.
****
Intinya,kita sebagai manusia bagian dari makrokosmos (dunia ini),yang jikalau saat ini sedang selalu gundah gulana,resah gelisah,meradang,merana,resah jiwa,resah pikiran,tidak tenang,hidup gamang,hidup terasa hampa,terasa otak cape dan lelah dan semua gejala keresahan lainnya.
Tak ada salah bila sesekali atau rutin tiap hari,menyegarkan,merefresh tubuh dan jiwa kita dengan ritual "menyepi"dalam kontek dan bentuk masing-masing sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing.
Atau secara manusiawi sesekali coba kita menyingkir dulu dari semua hiruk pikuk gadget dan gaya hidup selama ini,mungkin luangkan waktu satu atau dua jam untuk melakukannya,misalnya kita sendirian di sebuah ruangan yang privat lalu matikan semua alat elektronik,gadget dan putuskan semua komunikasi dan interaksi dengan dunia luar sementara,hiruplah kenyamanan dengan mengambil nafas dalam-dalam,berat dan tenang,merenung dan berbicaralah dengan diri sendiri lalu mengadulah ke TuhanYME.
Dan setelah itu,rasakan ada suatu rasa pembaharuan di ruang hati kita,suatu kesegaran baru di tubuh kita,semoga semakin menambah kenyamanan dalam menjalani hidup di tengah hingar bingarnya dunia saat ini.
Salam hangat buat semua.
penulis : Aang Wierodjampang.
0 comments:
Posting Komentar