Senin, 09 April 2012

Cerpen : Kutunggu di Pantai Jayanti

Cerpen sederhana oleh : A.Wierodjampang


" Panggil saja aku 'nyai', sayang...! " suara lembut,halus dan mempesona itu terdengar lagi di ruangan yang hanya Dimas dan wanita itu saja berdua.


"Baik nyai,tapi kenapa saya sampai ada di tempat ini..?" setengah bergumam tapi jelas terdengar,semacam pertanyaan namun lirih dengan pita suara yang bergetar sedikit serak,Dimas mencoba mengiyakan sekaligus bertanya.


"Tidak penting sayang,cerita kamu bisa sampai di haribaanku,aku telah lama memendam rasa ini dari sejak kehadiranmu di dunia barumu itu,dunia yang sedang kalian dan semua isi bumi gandrungi," lanjut suara emas sangat merdu milik seorang perempuan tengah baya namun masih cantik dan ayu dengan pakaian khas seperti layaknya pakaian ratu-ratu Jawa jaman kisah Nyai Loro Kidul atau keturunannya di dongeng-dongeng orangtua jaman dahulu.



Bukan dongeng katakanlah semacam legenda yang telah lama hadir dan sebagian masyarakat Sunda atau Jawa masih mempercayai legenda tentang Ratu Laut Kidul itu,keberadaan alam gaib Nyai Loro Kidul dan kerajaannya.


Dimas semakin tidak mengerti dengan kalimat barusan yang dia dengar,mencoba mengumpulkan semua ingatannya, sambil sesekali membetulkan kancing kemeja birunya yang sudah terbuka hingga hampir ke bagian pinggang ,celana jeans lea masih dikenakannya hanya resletingnya yang sudah terkuak lebar, walaupun ikat pinggang yang dibelinya di Carefour Bandung dua tahun lalu masih melekat di pinggang jeans Lea-nya.


"Ada apa sih dengan diriku..?" Dimas mencoba menguras memori ingatannya untuk dihadirkan kembali ke pikiran saat itu.


Hampir sepenyapahan waktu terus berjalan,Dimas masih berusaha mengumpulkan segala memori masa lalunya,satu atau dua jam yang lalu sebelum berada di tempat aneh itu.


Tempat dan suasana aneh sebuah ranjang ukuran besar yang kini sedang ditempatinya, sangat bagus dan indah,eksotik dibuat berukir dengan motif jalinan ulir berbahan  logam perak yang indah dan bahan baja warna berkilauan berkesan padat dan kuat namun tetap indah.


Bantal dan kasur dari bahan sutera putih berenda keemasan dihiasi manik-manik manis dengan aksen yang unik  sangat mempesona dipandang mata,sprei yang terhampar bagai bed cover yang mahal dan bermutu tinggi ,dikerudung kain kelambu yang berkilauan sepertinya dibuat dengan tangan yang sangat ahli semuanya berbahan kain sutera yang indah  berkilauan karena ada benang emas di setiap jarak tertentu tiap lusi tenunan kainnya.


Dimas saat ini sedang berada di atas ranjang itu bersama seorang wanita paruh baya nan cantik rupawan dengan tubuh yang tinggi semampai,ramping padat berisi,berkulit kuning langsat dengan hidung seperti wanita Mesri, mancung sedang dengan rautan ujung hidung yang seperti diukir oleh seorang pemahat patung  berseni dan berselera.


Perempuan cantik ini telah menyekap Dimas di  ruangan bilik yang besar,berdinding putih  terbuat dari  batu pualam yang indah klasik model marmer berurat batu virus bertatahkan batu-batu zambrud yang eksotis sebagai aksesorisnya, lantai kamar batu marmer yang mengkilap bukan karena di cat vernis atau sirlak buatan, mengkilap alami sangat menyilaukan mata jika arah pandang mata Dimas sesekali melirik ke semua sudut ruangan menelisik keberadaan sebenarnya tempat apakah ini.


Wanita yang dipanggil nyai di hadapannya, berbusana bak ratu Kidul ketika Dimas sering nonton sinema Ratu Pantai Selatan jaman Bioskop masih berjaya.Hanya bedanya tidak memakai mahkota ratu,rambutnya terurai hitam tebal panjang sampai kira-kira seinchi di atas buah pinggang.Sebagian rambut tebal itu disibak ke belakang hingga kelihatan bulu halus di keningnya menambah sensual paras ayu wanita di hadapan Dimas.


"Permisi sebelumnya nyai,perkenankan saya bertanya tentang dirimu..?" Dimas membuka suara setelah sekian lama hening sejenak.


"Siapakah dirimu yang sebenarnya nyai ?..apakah engkau Nyai Ratu Kidul atau.. Nyai Blorong atau...?" lanjut Dimas dengan sorot mata penasaran.


" Tidak penting siapa saya sesungguhnya saat ini Dimas,saat ini kita sedang di ruangan ini berdua,di dinding-dinding ketidak berbatasan,di dunia maya-maya yang tak berbatas,di tengah hasrat kesepian berkepanjangan diriku honey,mari senang-senang sayangku,kekasih mayaku..Dimas..peluklah aku sayang..!" perempuan itu memotong kepenasaranan Dimas.


Wanita yang mau disebut nyai  di perkenalan pertama dengan Dimas itupun beringsut mendekati tubuh Dimas yang sedang duduk setengah mengangkang di empuknya kasur berseprai sangat hangat dan tebal begitu  nyaman bagai gumpalan kapas asli Pangalengan yang  belum dipintal untuk dijadikan benang.


Dimas masih belum menyadari sepenuhnya sedang di jagat mana sedang berada,tetapi saat ini Dimas sedang merasakan sebuah sensasi yang tak terbatas, berada di sebuah syurga firdaus di atas awan-awan yang sangat memukau dirinya.


Dimas diajak perempuan itu ke sebuah taman mega-mega halilintar asmara indah berfrekuensi tinggi dengan gelombang-gelombang dahsyat menembus atmosfer menuju ke sebuah tempat petualangan yang sangat indah,nikmat dan melenakan.


Dimas saat ini sedang di bawa ke suatu suasana  mimpi nan indah, bagai khayalan  bujangan-bujangan masa puber pertama,bagai khayalan dari semua makhluk kesepian yang selalu mendambakan hal ini,sebuah dunia tak terbayangkan dengan kata.


Lelaki itu tak berdaya telah terbawa dan terbius angin syurgawi fantasi bersama wanita ayu bernama Nyai. 


Dimas melihat betapa tidak terbatasnya alam ini di ketinggian awan-awan fantasia  bagai gumpalan awan yang setiap saat berarak-arak cerah keindahan dan keniscayaannya,bagai cerita-cerita firdausi kenikmatan dan bagai meminum arak sorga kelezatannya.


Sayup-sayup terdengar mengalun perlahan suara gamelan jawa di selingi kecapi suling khas Cianjuran yang mengalun lembut menelusup menembus pori-pori relung kalbu terdalam dua insan di ruangan itu,menggetarkan semua   hawa-hawa dan aura gairah bercampur hasrat-hasrat fantasi manusiawi.


Suara-suara gamelan dan waditra itu menambah suasana magis nan syahdu bercampur kenikmatan eksotik tiada tara bagi dua makhluk berlain jenis dan alam di ranjang itu.


Bersamaan sampai ke puncak angan mereka, bunyi-bunyi seni indah eksotis itu pun semakin terdengar menjauh dan menjauh setelah bermain barang satu atau dua gending sekar mereka, perlahan desauan gamelan klasik berseni itu kini telah lenyap bersama dinginnya malam dinihari menjelang sang fajar akan menjelang.


Sepuluh menit atau satu jam atau bahkan berjam-jam lamanya, tidak begitu sadar Dimas ketika "nyai" di dalam pangkuannya telah jatuh tak berdaya tepat memeluk dirinya dan terkulai bagai melati yang habis wanginya di sedot kumbang sambil lalu, terdampar di dada bidang pria beristeri dan beranak dua ini, Dimas Setya Somantri.


Tubuh semampai menebarkan  berbagai wangi keharuman kesturi dan mawar asli dengan sejumlah bau wangi kembang yang  Dimas belum pernah menghirupnya seumur hidup hingga di usia tiga puluh tujuh tahun saat ini,wangi-wangian yang membangkitkan hasrat kelelakian seorang pria seperti Dimas.


Tak mampu berkata sepatahpun ketika "nyai" bangkit perlahan bagai harimau bangun kekenyangan setelah mendekam mangsanya, masih manatap mata Dimas yang dalam dan teduh itu,mata mereka bersirobok saling menatap dan memancarkan aura amor berenergi tinggi mengandung magnet yang menarik dahsyat membuat nyai terkulai lagi jatuh ke tubuh pria yang baru setengah bangkit dari terlentangnya.


 Kembali  suara gamelan gending klasik bercampur kecapi suling  berayun sayup-sayup berselang-seling dengan karawitan mulai memainkan nada-nada terindah terdengar lagi, sangat membuat angan segala hasrat melambung terbawa buaian suasana malam itu,sampai akhirnya sang penabuh dan nayaga terkapar kelelahan dengan masing-masing bersimbah peluh terkulai dekat perangkat gamelan dan karawitannya di panggung maya.


                                                                     ***


Dimas bangkit dari tidur indahnya, menggosok matanya sebentar lalau melirik jam kecil di sudut ruangan, jarum jam menunjukkan angka dua dinihari,..Oh aku tadi bermimpi..,pikirnya setelah segera bangkit dan mencuci muka di wastafel sederhana kamar penginapannya.


Dimas sedang menginap di sebuah penginapan kota kecil, Tanggeung.Sendirian,tidak bersama anak isterinya,karena ketika isterinya diberitahu bahwa selama satu minggu ini Dimas diberi tugas oleh atasan tempatnya bekerja sang isteri dan anak-anak tidak mau ikut.


Perjalanan ini untuk mensurvey prospek pemancangan tower signal jaringan Internet milik perusahaannya ke sebuah tempat yang sangat indah di sebuah daerah di Cianjur Selatan sebuah pantai di tepi Samudera Indonesia,Pantai Jayanti.


Karena kelelahan di sekitar tiga perempat  perjalanan lagi untuk sampai ke Jayanti, tepatnya masih harus menempuh tujuh puluh lima kilometer untuk sampai ke lokasi. 


Ketika senja kadung tiba  menjelang magrib Dimas membelokkan Escudo inventaris perusahaannya ke sebuah penginapan di Kota Tanggeung,karena kelelahan setelah menempuh perjalanan dari rumahnya di Jatayu Bandung,akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan kerja besok pagi menuju tempat tujuan.


Baru saja bermimpi indah yang aneh seolah nyata dan sangat membekas dalam kepalanya,melihat celana training yang dikenakannya "memalukan" seperti menyuruh untuk segera melemparnya ke ember cucian di kamar mandi.


Waktu beranjak setengah jam dari angka dua dinihari,Dimas mencoba menghadikan kilas balik isi mimpinya tadi,ya masih ingat bagaimana nyai yang mendekapnya tadi seolah nyata,sampai membuat dalemannya sekarang harus rela menumpuk di ember kamar mandi buat dicuci besok.


Siapakah nyai..siapakah nyai..siapakah engkau, seperti kesurupan mulutnya terus bergumam setengah sadar dan tidak bisa berhenti...,nyai siapakah dirimu ..datanglah kembali nyai,mulut Dimas seperti dewa mabuk layaknya terus bergumam  tanpa sadar walau pikiran terdalam Dimas masih bisa merasakan bahwa dirinya sudah terbawa hawa nyai itu sampai ke alam nyata, ketika sudah bangun dari mimpinya sekalipun.


Ayam di perkampungan sebelah penginapan mulai ramai berkokok bersahutan merdu dan syahdu saatnya sang pajar sebentar lagi akan menerangi ufuk langit timur duluan, selintas bayangan wanita  itu hadir lagi di depan Dimas yang masih terus mengigau di kamar itu.


Nyai  menghampiri Dimas dan menyapa," selamat pagi sayang Dimas cintaku..,sudah saatnya kita berpisah dulu,kamu saatnya kembali ke dunia nyata..dan saya akan kembali juga ke duniaku,pengikutku di sana selalu menanti kehadiranku di dunia tidak berbatas ruang dan waktu..bangunlah, sadaralah Dimas,,jungjunan..!"


Dimas berusaha maraih dan meraba bayangan wanita misteri yang maunya dipanggil nyai itu lalu bertanya " nyai siapakah kamu sebenarnya,siapakah engkau,jangan tinggalkan aku nyai...aku sudah kecanduan dirimu nyai..aku mohon..." setengah teriak Dimas seperti orang tak waras.


Tetapi bayangan itu telah lenyap nyai telah menghilang.


Handphone di meja berdering nada panggilnya,Dimas  siuman dari ketidaksadaran anehnya itu, memijit tombol terima di hp.


"Halo kang Dimas,saya nyai yang tadi di mimpimu,perlu kamu ketahui aku bukan Nyai Ratu Kidul ataupun Nyi Blorong,aku Ratu pendatang baru,namaku Ratu Dunia Maya...".suara di ujung telepon berhenti sebentar.


Sejurus kemudian bersambung lagi......" jika engkau masih mau bertemu lagi dengan aku..Kang Dimas sayang..Kutunggu dikau besok di Pelabuhan Jayanti...permisi selamat pagi kang.." dan blep HP di telinga dalam genggaman tangan Dimas pun mati..... .off...?


Dimas tak bisa berkata hanya keningnya pening dan bertanya dalam hati,..., Nyai Ratu Dunia Maya....?".


                                                                           ****
Cerpen: Aang Wierodjampang/9 April 2012/Pangumbaraan.
Ilustrasi : Shutterstock/koleksi: AWD

0 comments: