Ilustrasi : shutterstock |
Hidup bersama dalam sebuah lembaga perkawinan dengan nikah yang sah sekalipun, tidak lantas menjamin bahwa tidak akan muncul sebuah pertikaian,entah itu pertikaian dan pertengkaran kecil dari hal sepele sampai perang besar hingga hancur berantakan atau perlu turun tangan orang tua kedua belah pihak.
Pertengkaran-pertengkaran atau berdebat kecil konon kata orang kebanyakan, dalam sebuah keluarga dianggap wajar selama masih belum mengarah kepada pertengakaran yang bersifat berbahaya bagi keselamatan jiwa dan tubuh kedua belah pihak.
Perdebatan kecil sehari-hari yang bersifat sepele remeh temeh jikalau kedua pihak sedang dalam tingkat emosi tinggi,tidak menutup kemungkinan akan memicu pertengkaran yang besar jika tidak dengan segera keduanya sadar diri dan segera mengendalikan emosinya masing-masing.
Faktor komunikasi yang buntu,egoisme pribadi dan kepribadian suami atau isteri yang "bodoh",cetek pikiran,sangat berpengaruh dalam hal ini.Banyak sudah kita melahap informasi dan tips agar hidup bahagia berkeluarga dengan damai dan sehat,tetapi sebanyak itu pula terjadi kasus-kasus kekerasan dan pertengkaran,perselisihan keluarga terjadi.
Banyak penyebab,macetnya komunikasi,salah paham,perselingkuhan,ketidak adilan,campur tangan mertua dan ortu masing-masing,masalah anak sendiri atau masalah anak tiri,keuangan,dan sebagainya.
Secara umum akan panjang jika mencoba mengulas ini,lagian sudah banyak artikel yang membahasnya ,saya di sini akan fokus ke sosok suami saja.
Suami,diterangkan baik secara syariat dalam Islam atau dalam agama lain pun,ditambah secara sosial dan kemanusiaan serta dari bentuk fisik dan ketahanan serta pengendalian jiwapun,secara sebagai lelaki,sebagai pejantan,sebagai pria ,sebagai suami, adalah makhluk yang diciptakan lebih superior daripada seorang wanita.
Diberi bentuk fisik yang lebih kuat dari isteri kita,diberi jiwa yang lebih dalam dan panjang serta kontrol emosi yang lebih stabil bila dibanding emosi wanita.Normalnya begitu,namun perkembangan selanjutnya tergantung latar belakang dan pribadi pria masing-masing.namun secara umum gambaran laki-laki ideal dan normal adalah begitu.
Atau lebih jauh, kodrat lelaki memang diciptakan Tuhan untuk berbeda dengan penampilan yang "lebih' dari makhluk yang bernama wanita.Nyatanya lelaki diberi "kelebihan' iya kan..hehe..?
Secara gamblang dalam Islam lelaki diterangkan "lelaki sebagai sosok pemimpin bagi perempuan" (sari dari sebuah al-hadist,karena bukan blog khusus agama,maaf saya tidak bisa menukil kutipan langsung hadistnya,silahkan mencari di ranah khusus agama Islam).
Laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita.
Sebagai pemimpin tentu saja jika terjadi hal-hal yang baik atau buruk atau kejadian apapun di dalam lembaga yang dipimpinnya,yaitu keluarga,adalah menjadi hak dan kewajibannya untuk bertanggung jawab mencari jalan penyelesaian dan dengan tanggap mencari solusi terbaik untuk keutuhan dan kedamaian keluarganya.
Sebagai layaknya pemimpin,lelaki atau suami dalam hal ini,harus lebih bijaksana dan adil serta bersikap arif dalam segala tindak tanduknya dalam berkeluarga.
Jika seorang isteri atau anak-anak dan anggota keluarga lainnya bermasalah,artinya yang salah terbesar adalah pemimpinnya,seperti ada istilah yang populer di sebagian tentang kepemimpinan,yaitu tidak ada prajurit yang salah,yang salah adalah komandannya.
Ini sebagai semangat bahwa menjadi pemimpin di keluarga jika terjadi bentrokan,pertengkaran atau segala macam masalah dalam keluarga kita,maka yang harus bijaksana terlebih dahulu adalah SUAMI,sebab beliau suami-lah adalah pemimpin di kerajaan keluarganya.
Berhasil dan gagalnya suatu lembaga keluarga,adalah tergantung paling besar ke suami-atau pemimpinnya dalam sebuah keluarga.
Jika terjadi pertengkaran-pertengkaran bahkan perselisihan dan kasus jelek dalam sebuah keluarga,jangan salahkan anak isteri dahulu,tetapi koreksi dulu,tahu diri dahulu kita sebagai suami,bahwa sebagai pemimpin kita dituntut untuk mampu mengatasi semua masalah keluarga kita.
Jika suami selalu menyalahkan anak isterinya terus apalagi menyalahkan dengan membabi buta,sorry gan dengan ini kita patut mempertanyakan "kemampuan kepemimpinan suami termaksud",lebih tajamnya,suaminya itu lelaki atau manusia setengah lelaki,masa masalah di keluarganya dikambinghitamkan ke anggota keluarga yang nota bene adalah rakyat yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin dan sebagai lelaki jantan,bila terjadi perselisihan dalam keluarga yang lebih layak pertama kali yang bersikap dewasa adalah suami.
Kalau suami masih terpancing emosi atau malah sampai tega mencederai isteri dan anaknya jika terjadi suatu pertengkaran dan salah paham di keluarga,saya rasa ,kelelakian dan "kejantanan" sebagai peimpinnya masih harus di asah lagi.
Mengasah yang mana..nih..? ya semua hal di asah terus gan..!
"Tidak ada prajurit yang salah,yang ada adalah komandanlah yang kurang cerdas dan tidak mampu memimpin bahkan selalu salah"
Salam semangat berbagi.
0 comments:
Posting Komentar