Sabtu, 30 Juni 2012

Pelit,Haruskah Bagi Pengusaha Kecil ?

                     
Pelit atau kikir artinya tidak mudah atau sangat susah untuk memberi atau berbagi sesuatu kepada orang lain,konotasinya pelit selalu menggambarkan orang yang kikir terutama dalam hal materi lebih khusus lagi pelit dengan uang.

Sebagai yang baru buka usaha kecil,haruskah kita bersikap pelit ?


Saya berpendapat,Harus..! Harus Pelit..! lha kalau enggak pelit bisa-bisa usaha atau bisnis kita hanya numpang lewat saja.Gampang bangkrut seumur jagung sudah tidak bisa jalan.

Eits,tentu saja Pelit dalam tanda petik sobat,hehe

Maksudnya kurang lebih seperti inilah,pelit dalam arti bersikap hemat cermat dalam mengeluarkan setiap jenis pengeluaran baik pribadi maupun perusahaan,karena kita sedang di tema bisnis kecil dan bisnis perorangan.Dimana sering terjadi bercampurnya antara kepentingan pribadi,keluarga dan bisnis tidak bisa dipisahkan.

Misalnya ketika kita sedang di di Toko,lalu datanglah teman atau saudara kita yang mau meminjam uang atau hanya sekedar mau pinjam sebentar,bentarnya minjam ya pasti ada waktu lama gan..?

Nah mau bagaimana coba sebagai calon pengusaha besar dan yang ingin usahanya besar atau maju ?

Hehe,susah bukan ?,secara kemanusiaan dan sosial tentu kita harus menolong orang lain,tetapi secara bisnis,jangan diberi pinjaman apalagi sampai mengambil uang kas perusahaan atau uang bergulir di perputaran modal usaha kita.Karena bisa menghambat arus keluar masuk uang saudara,menganggu cashflow anda.

Bila terjadi demikian lakukan skala prioritas,yaitu nomor satukan kepentingan usaha anda.Artinya jika duit kita masih pas-pasan dan bila kita berikan atau menolong memberikan pinjaman saat itu,..lalu usaha kita jadi mandeg,jangan lakukan !

Anda sedang berada di zona wajib PELIT di awal buka usaha.

Tega bener ya,iya seorang bisnisman besar atau kecil dalam hal-hal tertentu harus bisa bersikap tega untuk sementara.Termasuk pelit dalam setiap pos pengeluaran yang tidak termasuk ke jalur dan kegiatan usaha.

Untuk contoh di atas,carilah jalan lain dengan cara uang modal kita tidak terambil karena menolong teman atau saudara,tetapi kita tetap dapat menolongnya.Misalnya dengan memberi tahu chanel pinjaman ke pihak lain dengan rekomendasi dari anda,tetapi jangan sekali-kali anda yang bertanggung jawab,intinya meskipun tidak mengeluarkan uang,tetapi kasih tahu jalan keluarnya buat membantu kesulitan teman atau saudara kita itu.

Biarkan mereka juga dilatih mandiri untuk mencari solusi keluar dari kesusahan pribadinya.

Hal Pelit yang kumaksud di ulasan ini yaitu pelit hemat cermat di awal-awal langkah usaha kecil kita,lain cerita kalau kita sudah makmur dan ada uang lebih atau harta usaha kita sudah kuat.Lain pula misalnya kalau usaha yang anda  rintis motivasi awalnya motif sosial ,ya yang begini mah silahkan saja toh niat awalnya pun sudah sosial bukan ?

Tetapi bila sebagai pebisnis atau pedagang sejati dan mau berhasil dengan tujuan yang lebih panjang dan besar,yaitu bila usaha kita sudah berkembang dan maju,kita bisa lebih banyak bermanfaat di fase puncak nanti.

PELIT di awal-awal usaha mutlak dipraktekkan dalam setiap jenis pengeluaran yang tidak perlu dan tidak terlalu penting untuk seorang pebisnis kecil.

Tidak ada orang yang asalnya miskin lalu berhasil dan maju usahanya,yang ketika di awal-awalnya mereka dengan mudah menyebar-nyebarkan dan mudah mengeluarkan uang modalnya,semuanya mereka PELIT malah kikir dulu di awal perjuangannya bahkan mereka tidak jarang pelit juga sama diri sendiri,namun akhirnya mereka berhasil mengumpulkan harta dan memajukan usahanya.

Kalau sudah berhasil, rata-rata mereka lebih berjiwa sosial karena materinya sudah ada.Kondisi kita sudah mapan dan sudah ada bahan atau bendanya untuk dibagikan atau untuk di jadikan alat menolong orang lain,tanpa menganggu kelangsungan usaha miliknya.

Pun jika sudah berhasil usaha kita, sudah kuat, sudah mapan, pelit sih jangan tetapi segalanya perhitungan masih tetap diperlukan dan harus dipertahankan.

Mohon terjemahkan "Pelit" yang saya maksud dengan baik.Selamat malam.

0 comments: