Minggu, 21 April 2013

Penulis "Tukang Tulis",Tukang Gigi bukan Dokter Gigi

Tukang dan ahli memang tipis perbedaannya,namun jelas lain dong,terutama jika dilihat dari hal latar belakang akademis.Dari segi pendidikan formalnya,jika kita mendengar wartawan pasti identik dengan sarjana komunikasi atau sarjana penuh paling tidak.Tetapi jika mengenal blogger,penulis blogger belum tentu seorang sarjana sastra dan bahasa,terbolak ya nulisnya hehe.Belum tentu sarjana bahasa dan sastra maksud saya.

Jika mendengar tukang gigi dan dokter gigi,beda sekali.Tukang gigi adalah yang ahli memasang gigi palsu dan urusan pergigian,hasilnya tergantung orangnya,beberapa orang bisa lebih baik pasangan giginya dari seorang dokter gigi hasil memasang gigi palsunya,Karena sudah mahir dan berpengalaman dibanding dokter gigi yang masih baru praktek misalnya.

Dokter gigi,ya tukang ahli gigi juga,tetapi ilmunya didapat dari pendidikan formal,dan mengetahui seluk beluk gigi dari A sampai Z.Tetapi dalam hal menempel gigi palsu,hasilnya kelihatan sama saja toh,gigi palsu terpasang di geraham seseorang.

Atau perbandingan lainnya,kita melihat tukang kaca mata (optikal) tentu beda dengan dokter mata,tetapi dalam hal menentukan dan bekerja di bidang perkacamataan pasti ada yang lebih mahir ahli optikal dibanding dokter mata yang baru,dalam hal memasang kaca mata baca seseorang.

Atau banyak juga seorang bengkel mobil yang sangat mahir dan "ahli' memperbaiki mobil,melebihi seorang yang keluaran baru dari pendidikan otomotif,padahal tukang bengkel itu tidak sekolah SMP sekalipun,tetapi mahir sekali memperbaiki bahkan jika ada modal mungkin membuat mobil juga bisa,saking mahirnya tentang memperbaiki mobil.

Cerita lain di dunia teknik sipil juga demikian,banyak tukang tembok atau kayu yang mahir membaca design atau rancangan dan membuat bangunan dengan lebih baik.Bahkan selanjutnya bisa membangun lebih mengerti dari seorang teknik sipil dalam hal hasil pekerjaannya.Tentu saja kalau teori dan ilmunya lebih banyak insinyur dong,namun maksudnya kemahiran di prakteknya suka banyak tukang lebih mahir daripada seorang insinyurnya.

Begitupun dengan dunia kepenulisan saat ini di blogging.Belum tentu seorang blogger adalah seorang sarjana jurnalistik misalnya,sarjana komunikasi,sarjana bahasa dan sebagainya.Beberapa blogger bahkan hanya SLTA saja,tetapi hasil menulisnya bisa lebih baik dari tulisan seorang sarjana bahasa dan sastra.

Hikmahnya,bagi sahabat blogger yang belum sampai ke pendidikan sarjana atau bahkan tidak sempat kuliah,untuk jadi penulis blogger bisa saja dnegan belajar terus dari teman-teman sarjana dan teruslah "berpraktek' menulis. Belajar sambil bekerja.Pasti bisa,walaupun hanya sebagai penulis sekelas tukang tembok,tukang  gigi,atau tukang servis mobil hehe.

Bagi teman yang kebetulan belum sarjana,Jadi penulis yang Tukang saja,tukang tulis juga saya rasa gak apa-apa.Semangat saja.Bukan penulis yang mendapat pendidikan formal,tetapi penulis yang bisa menulis dari banyak praktek saja di lapangan.Bukan wartawan yang mendapat pendidkan formal di jurusan kewartawanan,tetapi jurnalis tukang saja deh.Jadi pewarta warga,yang penting niatkan untuk selalu menebar manfaat buat khalayak.

Untuk adik-adik yang masih di bangku sekolahan,bersyukur dan teruslah semangat belajar,tuntaskan pendidikan Anda sampai titik darah penghabisan,hehe.Gunakan kesempatan selagi muda untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya.Karena jika pendidikan dan ilmu kurang,maka keahlian kita hanyalah sebatas "tukang',bukan disebut ahli hanya disebut mahir dan kualitasnya,hanyalah sekualitas "tukang'.

Terima kasih Anda untuk selalu mampir di blog saya yang kontennya ditulis oleh seorang "tukang tulis' semacam saya gan.Saya bukan "penulis' tetapi hanyalah "tukang tulis," sesuai ilustrasi tulisan di atas tadi.

Hanya satu harapan saya menulis di sini,semoga ada manfaatnya,dan blog ini selalu menjadi ajang silaturahmi,menambah teman,nambah sahabat,nambah sodara dan sodari.

Salam.

0 comments: