Sudah tidak asing lagi bahwa peranan 'dukun' atau paranormal baik yang menyatakan resmi sebagai paranormal maupun yang 'malu-malu' mengakui praktek dukunnya,saat ini dan sejak ratusan tahun lalu selalu diminati dan banyak pengunjung.
Sesungguhnya orang membutuhkan dukun ketika mereka pada saat membutuhkan sekali orang yang bisa diajak bicara,dari A sampai Z tentang masalahya.Biasanya di depan dukun mereka terbuka dengan segala masalah pribadinya,mereka menemukan tempat mengadu yang sebenarnya,mereka di sana di dukun menemukan seseorang yang bisa dirasakan sebagai teman,sahabat,orang tua dan pemberi pencerahan.
Mereka para 'pasien' dukun mendapatkan konsultan murah,dekat di hati,intens,sangat dekat,akrab dan hangat bahkan tanpa batas profesi tanpa embel-embel tarif jasa yang ditentukan besarnya.Mereka sangat nyaman dengan memberi upah sesuai keinginan hati sang pengunjung,sekemampuan dan seikhlasnya.
Ketika memberi upah uang atau jasa dan harta jika 'nasehatnya' berhasil dan merasa berkhasiat,mereka merasa tidak ditipu atau dipaksa ,memberi upah dengan sangat sukarela,bahkan ada uang atau tidak ada uang 'konsultasi'mereka tetap dilayani Sang Dukun.
Ketika memberi upah uang atau jasa dan harta jika 'nasehatnya' berhasil dan merasa berkhasiat,mereka merasa tidak ditipu atau dipaksa ,memberi upah dengan sangat sukarela,bahkan ada uang atau tidak ada uang 'konsultasi'mereka tetap dilayani Sang Dukun.
Dan hal ini tidak ada pada konsultan formal yang memperoleh ilmunya dari hasil sekolahan,ya karena mereka konsultan profesional,ketika sekolahnya membutuhkan biaya yang banyak,dan tentu saja butuh penghargaan atau apresiasi akan ilmu 'konsultannya'.Itulah yang mengapa konsultan sepi pengunjung sedangkan para 'dukun,walau sederhana tetapi tetap banyak peminatnya.
Mari kita bicara lepas dulu dari masalah penyimpangan akidah atau kepercayaan tentang dukun ini.Yang pada beberapa dukun pada prakteknya suka memakai ritual-ritual klenik atau tradisi yang tidak sesuai dengan kepercayaan tertentu.
Saya mau beropini bersifat netral,melihat fenomena dukun dari sudut pandang 'konsultasi' dan kebutuhan orang yang bisa diajak bicara dari para pengunjung atau pasien atau ada pula yang memakai istilah 'murid'nya para dukun.
Ketika seseorang datang ke dukun,biasanya problemnya sekitar mau gampang jodoh,mau rejeki banyak,mau naik jabatan,mau penglarisan usaha,mau bangkit dari kebangkrutan,mau lunas hutang,mau sehat dari suatu penyakit,mau nasibnya berubah lebih baik dan sebagainya.
Intinya seseorang mengunjungi dukun karena ada masalah,baik masalah fisik maupun psikis,mereka sedang sakit lahir atau bathinya.Dan ketika sedang 'panik' menghadapai masalah lahir atau bathinya,apalagi beberapa menemukan jalan buntu,maka pada kondisi itulah seorang yang sakit lahir atau bathin itu butuh seseorang yang dipercaya bisa memberikan petunjuk untuk jalan keluar dari masalah penyakitnya.
Dari pengalaman dan berita yang tertangkap inderanya bahwa dukun adalah salah satu solusinya,maka namanya juga sedang 'panik' sedang berpenyakit maka mereka banyak yang awalnya hanya mencoba lalu menjadi ketagihan setelah mereka merasa sedikit ada perkembangan ke arah yang baik.
Untuk penyakit-penyakit yang bersifat fisik (medis) mungkin hanya sedikit yang lalu akhirnya lari ke dukun,dan istilahnyapun untuk bidang ini zaman sekarang sudah populer tidak dengan nama dukun lagi tetapi mereka lebih fokus kepada sebagai tempat penyembuhan tradisi atau pengobatan tradisional.
Yang jenis pergi ke dukun dan konsultasi macam ke dua inilah,konsultasi penyakit psikis dan nasiblah yang akhirnya suka banyak disebut-sebut orang sebagai ada yang menyimpang dari akidah kalau dalam Islam,atau menyimpang dari jalan kepercayaan Agama samawi lainnya.
Terlepas dari apakah bertentangan dengan akidah atau kepercayaan masing-masing,saya dalam tulisan ini menyoroti tentang peran 'konsultasi'nya saja,dimana dukun sebagai konsultan plus bagi para 'pasiennya'.
Ketika sedang stress atau bermasalah,entah itu karena seseorang terlilit hutang yang banyak,kalah dalam pemilihan jabatan,bangkrut usahanya,terjadi perceraian yang tidak diharapkan,terjadi kesialan terus hidupnya sepanjang masa,atau sedang dalam berbagai kasus kesusahan lainnya,maka seseroang butuh sekali pendapat,saran dan pencerahan dari orang lain.
Masalahnya orang lain itu siapa...? Nah,dari sinilah muncul alternatif ke dukun untuk berkonsultasi.Setelah datang ke dukun maka segala masalah pribadi bahkan paling rahasiapun mereka beberkan dan dicurahkan semua keluh kesahnya sepuas dan tumplek blek tanpa ada was-was sang dukun akan meminta bayaran yang ditentukan.
Dan indahnya,di sini sang Dukun akan mendengarkan dengan baik,menyimak dengan sangat personal,bahkan di tempat yang tertutup,di ruang pribadi dengan keakraban khas orang tua atau orang bijaksana.Sang Dukun menyayangi pasiennya.Mereka menyimak masalah 'pasiennya' dengan ikhlas dan disertai hati yang benar-benar ingin membantu,ingin menolong.
Bahasa verbal dan bahasa tubuh sang Dukun sangat jelas,ingin membantu sang pasien keluar dari masalahnya ibarat ingin melihat dan menolong seorang Ayah kepada anaknya yang sedang terjatuh di dalam lumpur.
Sang dukun mendengarkan,menyimak,lalu memperhatikan dengan secara khusus kepada orang per orang atas setiap rangkaian curhat masalahnya.Sampai detik ini saja,rasa sesak masalah di dada pasien sudah sekitar 10 atau 20 persen masalahnya mulai terurai.Hanya didengarkan saja dengan bak sebagai orang tua oleh sang Dukun.
Lalu setelah 'mendengarkan' dengan seksama,bisanya sang dukun akan merenung atau mencari wangsit dengan dialog memperhatikan sang pasien.Pada tingkat pasien diperhatikan dengan dialog tersebut,hampir 10 persen lagi masalah pasien sudah plong sesak di dada mereka.
Setelah ada dialog pribadi antara dukun dan pasien,maka langkah selanjutnya dukun suka menawarkan beberapa alternatif jalan keluar.Biasanya jalan keluar ini dibumbui oleh petatah-pettitih dan nasehat yang bijaksana dan menguatkan mental,membangun kembali harapan hidup sang pasien bahkan ada beberapa pasien yang disarankan menginap di rumah dukun beberapa hari dan diperlakukan sebagai layaknya anggota keluarga mereka.Atau yang lalu dianggap sebagai 'anak buah' atau muridnya.Dan si pasien merasa ada yang mendampingi dan melindungi atas segala masalah yang sedang dihadapinya.
Sampai pada tahap ini,sang pasien yang belum diapa-apain sudah hampir sembuh penyakit psikisnya sekitar 25 persen.Minimal ada semangat dan bisa mengambil nafas lagi di tempat dan lingkungan Sang Dukun tadi.
Akan panjang gan kalau dibahas semua.Intinya: Praktik dukun yang kalau dilihat dari kacamata netral melihat fungsi sebagai konsultanya,adalah baik dan memang itulah tugas para pemuka agama sebenarnya.Dimana jika umat menderita msalah agar tidak lari dunia perdukunan yang menjadi musyrik atau murtad bahkan kufur.maka selayaknya fungsi dukun itu harus bisa diambil alih oleh para tokoh agama.
Dimana jika umat ada masalah pribadi,maka konsultan yang terdekat,terakrab,termurah dan terjangkau adalah tokoh di sekitar umat itu berada.Lalu tokoh itu adalah seorang yang shaleh,yang akhlaknya dekat dengan akhlak Rasulullah SAW.Menjadi orang tua umat segala lapisan dengan kelembutannya,dengan kedalaman ilmu dan amal agamanya,dengan segala kesejukan amanat-amanat sahihnya.
Sehingga umat yang sedang stress atau sakit,larinya ke orang (konsultan) yang tepat,yang nantinya akan merekomendasikan jalan keluar dan memberi pencerahan dengan tidak keluar dari syariat Agamanya.
Jika para ulama dan tokoh agama sudah dekat dan dipercaya umat,maka praktek perdukunan yang sesat akan dengan sendirinya ditinggalkan umat,yang selama ini suka jadi pasien dan korban dukun-dukun palsu atau dukun yang sesat secara hukum agama maupun hukun positif yang berlaku di setiap wilayah dan negara.
Pada dasarnya,orang yang sedang bermasalah itu (para pengunjung dukun,tidak semuanya lantas adalah orang yang musyrik dan klenik),banyak mereka yang mendatangi apa yang disebut dukun,hanyalah sebagai pencarian mencari orang yang bisa mengerti dan bisa diajak bicara tentang masalahnya dengan murah,akrab,terjangkau,dan langsung memberi pencerahan (dakwah) kepada hal-hal realistis sehari-hari dan serasa ada sosok orang tua yang mengayomi dan ikhlas mendengar segala curahan hati manusiawinya.Sekaligus merasa ada orang yang bisa menunjukan jalan keluar dari masalahnya.Baik jalan keluar secara teknis maupun jalan keluar secara keyakinan dan tumbuhnya kembali harapan.
Dan seharusnya yang bertindak pada posisi-posisi 'dukun' ini adalah para ulama atau para sesepuh dan para tokoh panutan agama atau kepercayaannya masing-masing,Agar ritual,cara dan solusinya tidak sesat,sesat menurut agama paling tidak.
Wallahualam.
Bersambung....Insya Allah.
0 comments:
Posting Komentar