Tampilkan postingan dengan label hajji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hajji. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Juni 2023

Sukses Sebagai Rahmatan Lil Alamin

Menjadi Rahmat dan pembawa manfaat bagi alam semesta adalah sukses paling tinggi bagi hidup dan mati seseorang.

Dalam bahasa sederhana,seseorang yang pasti bahagia dan nanti diberi sorga ketika rohnya sudah terpisah dari raga,salah satunya adalah manusia sukses sebagai pembawa Rahmat,pembawa kebaikan ketika masih hidupnya bagi alam semesta.

Dimana pun,kapanpun orang begini berada,dia selalu bermanfaat bagi dirinya,bagi saudaranya,bagi keluarganya,bagi tetangganya,bagi alam semesta.

Orang shaleh atau orang baik,bermanfaat bagi anak istrinya,bagi orang tuanya,bagi keluarganya termasuk sopir,satpam,atau pembantu rumah tangganya 

Dia bermanfaat di lingkungan rumahnya,selalu jadi sumber manfaat bagi kelestarian alam,dia hari-harinya selalu menebar manfaat.

Orang yang begini memang harus sudah selesai dengan dirinya sendiri,secara fisik materil juga secara moril spiritual,sudah hampir mencapai status insan Kamil.

Ibadahnya tetap sesuai kodratnya,mungkin dia bisa sebagai,pedagang,sebagai pegawai negeri,sebagai pegawai karyawan pabrik,sebagai guru,sebagai wartawan,sebagai ojek onlen,sebagai penarik becak,sebagai apapun sesuai takdirnya dia hidup sebagai apa.

Sesuai dengan levelnya,semua status itu diarahkan kepada jadi bermanfaat bagi dirinya,sedekah jariyah dan menolong orang lain,menyelamatkan alam adalah tujuan hidupnya,dan sebelumnya dia sudah berhasil duluan menjadi dirinya sendiri.

Sesuai level hidupnya,secara materi dia sudah cukup,secara keimanan dan spiritual sudah menyadari diri sendiri,sudah menemukan diri sendiri,sudah mampu mengendalikan diri sendiri.

Selalu semangat berbagi kebaikan seusai kemampuan,menolong sesama selalu dilakukan baik oleh pikiran,tenaga dan harta yang dimilikinya.

Tentu mencapai hidup begini sangat tidak mudah,tetapi bisa dilakukan.Tidak mudah karena sebelum berbagi dengan orang lain,dia harus selesai dulu dengan diri dan keluarganya sendiri.

Menolong dan sedekah jariyah itu,lebih utama adalah kepada orang dekat dahulu,artinya kepada lingkaran terdekat,bisa keluarga saudara dan atau terdekat secara anggota rumah tangga,ada anak,istri,suami,pembantu,sopir,security,tukang kebun,orang tua,tetangga,sanak saudara terdekat,lalu baru kepada siapapun diamanapun.

Menolong dan berbagi rezeki,sedekah jariyah tidak ada motivasi selain hanya ingin bermanfaat dan mengharap ridlo Illahi.

Menolong dan membantu setelah diri dan keluarga juga mesti diperjuangkan sejak awal untuk sukses dan mandiri dahulu,cukupkan dulu diri sendiri lahir dan batinnya,baru kemudian kita berbagi untuk semesta jika untuk berbagi harta atau materi.

Tentu tidak bijak jika kita tebar sedekah dari hasil hutangan,atau keluarga sendiri masih kekurangan,atau berbagi demi hasrat politik atau ada keinginan untuk dipuji dan dihormati orang lain,hal demikian bukan pujian yang akan didapat tetapi malah cemoohan dan ejekan yang lambat Laun akan dterima,karena niatnya berbagi tujuannya ingin mendapat balasan makhluk.

Berbagi manfaat dan ber Agi materi atau harta sebaiknya,.....sebaiknya,setelah selesai dulu dengan diri sendiri dan keluarga.

Menolong berbeda lagi,jika sifatnya menolong untuk yang darurat,yang bisa kita tolong dengan harta,tenaga atau pikiran tentu tidak mengenal waktu atau batas,wajib kita tolong sesuai kemampuan kita.

Maksud penulis,hidup bermanfaat secara berkelanjutan sekama hidup kita wajib juga kita menata diri kita terlebih dahulu.

Cukupkan ilmu dan spiritual kita agar niat tidak melenceng dari niat hanya karena Alloh,setelah itu urusan materi perkuat pemenuhan kebutuhan pokok diri dan keluarga,kumpulkan harta untuk ditebar manfaat kemudian dan berlanjut hingga kita mati.

Setelah iman kuat,harta banyak,atau harta ada,ilmu ada,keluarga sejahtera,maka berbahagialah jika kita bisa menebar berbagai manfaat ke alam semesta.

Diri dan harta kita selalu menebar manfaat dimanapun berada,kapanpun dan kepada siapapun sesana makhluk Alloh.

Subhanallah,semoga kita bisa beribadah dan hidup demikian.

Selamat Idul Adha,maafkan kami lahir bathin.

Senin, 08 Juli 2013

Foto-foto Ketika Umroh atau Hajian ?

Mungkin secara hukum syariat Islam tidak mengharamkan kegiatan berfoto-foto atau membuat video ketika kita sedang ber-umrah atau naik haji.Untuk sekedar dokumentasi dan mengabadikan momen langka dalam hidup kita,saya rasa sah-sah saja.Terutama jikalau diniatkan dengan diri sendiri sebagai pengingat,bahwa:"oh. kita toh sudah melaksanakan Umro,atau Oh,kita ini sudah haji atau hajjah dong," berkata kepada diri sendiri.

Namun lain halnya jika niatnya ingin pamer,nah ini yang suka menjadi tipis dan melenceng dikhawatirkan niat sekedar untuk dokumentasi pribadi menjadi niat 'pamer' atau riya.Tentu saja ibadah yang diniatkan untuk bisa pamer ke makhluk adalah menjadi sia-sia menurut hukum syariat.

Ibadah haji atau umrah adalah bagian dari ibadah yang terang dipesankan dalam hukum Islam.Bahkan naik haji bagi yang mampu lahir bathin adalah rukun Islam yang ke-5.

Sebagai ibadah tentu saja harus semuanya berangkat dari satu niat suci,yaitu karena dalam rangka memenuhi perintah Allah.Tidak ada alasan lain kita melaksanakannya selain hanyalah karena Allah atau dalam bahasa Arabnya,Lillahitaala.

Lalu kalau zaman sekarang dimana kepemilikan gadget dan kemajuan zaman sudah menyentuh jemaah,teknologi dokumentasi melalui fasilitas kamera saku,kamera hape,tablet atau semacamnya sudah menjadi sebagain gaya hidup jemaah.Tidak salah jika dalam rangkaian pelaksanaan ibadah umrah atau hajji juga diselingi atau ada waktu berfoto-foto ria.

Kegiatan berfoto atau bervideo ria lebih baik jika dijaga ketertibannya,yaitu tidak lantas jadi menganggu kegiatan rukun dan syarat ibadah yang harus ditunaikan.

Bisa saja berfoto-foto setelah Tawaf berakhir misalnya,atau ketika Sa'i sudah kita tunaikan dan atau setelah rukun-rukun haji dan umrah ditunaikan barulah kita berfoto ria.

Karena jika berfoto tanpa mengenal waktu,maka kembali ke diri kita sendiri,Apa niat utama kita mau berhajji atau umrah,atau malah ingin jadi 'Fotografer' di sana...? Jawabannya kembali  ke diri masing-masing.

Yang jelas,kegiatan mendokumentasikan ritual ibadah di zaman kita saat ini,tidak selalu jelek asal tahu tempat dan waktunya saja.

Bahkan bagus untuk selalu mengingatkan diri kita,bahwa kita sudah haji atau sudah pernah umrah,dan menjadikan sadar diri terus menerus karena selalu melihat semua dokumen foto dan video diri kita saja.

Dan lebih baiknya pula,dokumentasi itu harus dijaga dari publikasi diri yang berlebihan dan dijaga dari semua perasaan "riya' atau pamer ibadahnya kepada manusia lainnya.

Niatkan dokeumentasi hanyalah buat peringatan ke diri sendiri,itu lebih baik dan terjaga dari kriteria pamer atau riya,sehingga amal ibadah kita menjadi sia-sia,karena niat ibadahnya bukan karena Allah,tetapi karena ingin pamer.

Selamat malam semua,salam sejahtera.