Jumat, 24 Juni 2011

Merubah Nasib dengan Bekerja jadi TKW PRT di Saudi Arabia

Oleh:Wiero Djampang

Para wanita TKI/TKW ,perempuan Indonesia adalah kartini-kartini yang memang dibalik kesahajaannya dan kesederhanaan serta adab yang sopan santun,atau malah suatu keawaman?atau karena memang seperti kata teori perubahan nasib manusia,bahwa sebuah tekanan akan bisa merubah keadaan karakter,pendirian dan fikiran seseorang untuk merubah kondisi nasibnya.Dan ini berlaku bagi para wanita yang asalnya lugu dan nun jauh di kampuang pada umumnya,berubah menjadi wanita yang tangguh dan berani mengadu nasib ke negeri yang sangat jauh dari keluarga,bahkan berani meninggalkan suami atau anak-anak belahan jiwanya.


Kali ini kita tulis yang enak-enaknya saja tentang mereka,habis bosan juga nih bulan-bulan ini kita melahap terus berita-berita yang malah hanya berujung pada moratorium,pemberhentian sementara pengiriman TKI,mungkin maksudnya TKW pembantu ke Saudi Arabia.

Marni TKW asal Cilacap,setelah dua tahun bekerja di sebuah keluarga Saudi Arabia di kota Al Kharaj sekitar 150 atau 200 km dari kota Riyadh.Marni kerja rutinnya adalah memasak dan membersihkan rumah,menyetrika dan beres-beres rumah,mengurus anak majikan ada lagi pembantu lain khusus mengurus anak.

Marni di gaji 800 riyal perbulan bersih,karena makan dan semua keperluan hidupnya,seperti sabun,shampoo.obat-obatan,pakain sehari-hari atau malahan kalau keluar rumah kadang marni suka dikasih uang sama saudaranya majikan perempuan,ya tidak banyak 10 atau 20 riyal,malah kadang hanya 5 riyal saja,namun lumayan karena Marni tidak boros uang dikumpul hasil pemberian macam begitu,ditambah kalau mencuci di mesin cuci suka ada yang keluar uang sisa babah(majikan laki-laki) recehan satu riyalan,kadang ada tiga buah atau malah lebih,Marni suka ngasi tahu ke Madam,dan Madam mengijinkan ambil saja,katanya itu bukan uang saya.(ini cerita yang Majikannya Super baik jikalau dibanding dengan Madam-madam yang lain,begitulah dunia memang di seluruh dunia ada yang baik ada yang jahat).

Alahasil Marni dalam satu bulan berhasil mengumpulkan uang selain gaji pokok kurang lebih rata-rata seratus riyal atau lebih,ditambah gaji rata-rata dalam dua tahun Marni hampir berpenghasilan 1000 riyal perbulan.

Artinya selama 24 bulan berhasil mengumpulkan kurang lebih 24.000.riyal Saudi.Kurs saat posting ini dibuat kl.Rp.2300,-.Artinya dalam dua tahun 24 bulan X 1000 =24.000 X Rp,2300,=55.200.000,- (lima puluh lima juta dua ratus ribu rupiah).Belum majikannya dua kali Ramadhan atau idulfitri selalu ngasih hadiah ini tidak diperhitungkan karena untuk biaya pulsa atau lainnya mungkin sampai juga kepada angka 500 riyal bila di total,hadiah dari majikan Marni selama dua tahun.

Ini dengan catatan pengluaran pulsa hp dinilai sedikit hanya sekeperluannya seperti type rekan Marni ini,(ini salahsatu perusak keuangan pembantu kalau TKW nya kurang disiplin dan boros dalam hal pemakaian HP,sebenarnya manusiawi juga,karena memang mereka kesepian selama dua tahun dalam kurungan rumah
majikan).

Bulan ini Marni habis kontrak dan mau dilanjutkan tidak pulang dulu ke Indonesia,dan karena perpanjangannya dua tahun kontrak kerja baru,Marni berhak mendapat pengganti uang tiket hak cutinya yang tidak pergi ke Indonesia,yaitu senilai harga tiket pesawat pulang pergi ke Jakarta.Kurang lebih 2500 riyal.

Marni setelah dua tahun bekerja dengan segala suka dukanya,kini mengantongi uang seitar Rp 50 juta,sebuah bayangan uang yang dulu mana mungkin diraih.Marni asalnya dari keluarga miskin,dia hanya lulusan SD saja,mau ke SMP bapaknya tidak ada biaya,rumah orangtuanya gubuk reyot,adik-adiknya dua orang masih seusia SD.Pokoknya Marni asalnya orang sangat miskin.

Kini setelah dua tahun di Saudi Arabia bekerja sebagai pembantu,sudah dapat membagun rumah yang lebih sehat dan lebih baik dari sekedar gubuknya waktu jadi wanita buruh tani dahulu dua tahun yang lalu,kalau dikampunnya dan bagi Marni,rumah senilai 25 jutaan sudah cukuplah bagi Marni yang janda belum beranak,yang cerainya dahulu juga karena suaminya sama-sama miskin.

Suaminya tidak sanggup membiayai rumah tangganya.Sementara yang kl sisa 25 jutaan lagi dipake buat beli spetak tanah dan sawah,yang kalau dikampungnya dapat lumayan lah luas juga buat ukuran Marni dan keluarga.Setiap musim panen,Ayahnya bisa memanen tiga atau lima kwintal padi dari sawah milik Marni.

Dua tahun yang lalu th 2008,Marni tak punya apa-apa,bahkan bajunya pun hanya punya tiga setel,itu juga dapat beli th 2005 dan yang lainnya mungkin dibeli th 2000 kesana waktu mau kawinan sama mantan suaminya.

Dulu 2008 Marni dan orangtuanya tidak punya sawah semeter pun,apalagi sampai punya cadangan padi di dapur rumah,boro-boro malah seringnya mereka kadang meminjam beras-satu atau dua liter ke tetangga atau ke saudaranya buat di bayar oleh bekerja harian di sawah besok harinya oleh Marni atau Ibunya atau oleh bapaknya sebagai kuli harian mencangkul disawah yang meminjamkan beras.

Dulu 2008,rumahnya adalah gubuk reyot,gentengnya kalau hujan selalu saja bocor,dindinnya dari bambu yang sudah lapuk dimakan usia,ukuranya saja hanya empat meter kali enam meter,dengan lantai tanah.

Kini dua tahun kemudian,Marni sudah memiliki rumah yang layak,berlantai keramik kw satu mulia warna putih dan konstruksi tembok permanen dengan empat kamar kecil ada kamar mandi dan wc di dapur.Pokoknya dua tahun yang lalu Marni orang miskin sekali,lalu dua tahun kemudian Marni berjuang merubah nasibnya dan dengan doa dan usahanya Marni berhasil merubah dari sangat miskin ke hidup yang lebih layak dari semula.

Dan ini jikalau Marni bekerja terus sebagai buruh tani,atau buruh pabrik sekalipun di kota,apakah dalam waktu dua tahun akan bisa merubah semacam itu,saya rasa tidak akan mungkin.Berapa sih gaji pegawai pabrik di kita,buruh pabrik maksudku,apalagi buruh tani di sawah.Barangkali kalau Marni tidak berangkat menjadi TKW,Marni akan miskin sampai mati.Lepas dari masalah takdir manusia ya,ini cerita tentang logika dan kenyataan yang terjadi secara manusiawi.
                                                                               
                                                                                ***

0 comments: