Selasa, 21 Juni 2011

TKW PRT ,antara Devisa dan Derita

Oleh : WD


Sebut saja Teh Anah,seorang TKW dari sebuah kampung di Jawa Barat,kehidupan rumah tangganya belumlah lima atau sampai enam tahun sejak menikah dengan Ahmad,yang pekerjaan suaminya hanya sebagai pengojeg di pangkalan persimpangan kampung.Penghasilannya tidak tentu,dan kadang-kadang hanya cukup buat beli rokok dan ngopi di warung pangkalannya.Sering mereka cekcok karena hal keuangan ini,namun suaminya apalah daya,untuk mencari pekerjaan yang lain susahnya minta ampun dan lain sebagainya.

Anah nekad berangkat ke Saudi Arabia untuk menjadi TKW,dia mendaftar ke sponsor yang setiap tempat dan waktu selalu berkeliling untuk mencari TKI.Terutama TKI wanita untuk pembantu.di Timur tengah dan atau ke negara Asia lainnya.

Anah dibarengi dengan derai airmata anaknya yang baru usia 4 tahun,juga tangisan keluarganya pergilah dia ke Jakarta dengan dijemput oleh mobil sponsor.Sampai di Jakarta Anah tidak langsung diterima karena hasil Medichal Cek up dinyatakan anah punya asma ringan,mungkin akibat asap rokok suaminya yang tiap hari merokok terus kalau ada di rumahnya,dan rokok itu pula yang menyedot hampir 40% anggaran rumah tangganya yang sudah miskin itu,tapi yaitu tadi suaminya seperti tidak peduli.

Karena penyakitnya bisa diobati,ditambah dengan niat yag sudah mantap Anah tidak langsung pulang ke rumah dan putus asa,tetapi dia minta berobat jalan di Jakarta sambil menunggu proses pemberangkatan,atas kesanggupan sponsornya Anah berobat hampi satu bulan lamanya,baru penyakitnya dinyatakan sembuh,atau tidak tahulah mungkin sembuh atau setengah sembuh,atau malah petugas Kesehatannya di kasih uang sama sponsor,yang jelas Sdri Anah dinyatakan berbadan sehat.

Selama di PT.Ahmad suaminya hanya membesuk satu kali karena berat diongkos katanya waktu pertemuan terakhir dengan  Teh Anah.teh anah makan seadanya jatah dari PJTKI nasi bungkus yang menunya berputar-putar saja hari ini telor dan kangkung,besok ikan asin,besoknya lagi sayur bayam,(nah mungkin sayur bayam ini yang membuat para TKI kita tahan banting ya,,,seperti halnya si popeye sang pelaut hehe...).

Teh Anah telah tiga bulan berada di PJTKI menunggu yang kapan pastinya dia diberangkatkan,uang sudah tidak ada sepeserpun,suami tak ada menengok apalagi sanak keluarga,mereka semua berkata berat diongkos,dan kalaupun ada kontak ke keluarga di kampun hanya sebatas denga telepon dari hasil pinjam kalau kebetulan ada rekan TKW yang agak "tajir"yang sekamar dengan dia.Kalau tak ada kawan seperti ini dia hanya menendam rindu keluarga dengan perih di hati saja.

Jadi orang yang tak punya duit memang mengenaskan dan selalu menyedihkan,begitu teh Anah berkata dalam hatinya.Makanya aku harus..harus!harus pergi tidak boleh surut semangat ini,aku harus berangkat bekerja ke Saudi Arabia,Begitu teh Anah bertekad di hatinya.

Negara yang paling pavorit bagi calon TKW yang ke Timur Tengah selalu Kerajaan Saudi arabia,karena satu memang secara historis Islam disana ada kesempatan untuk beribadah umroh atau malah naik haji besar pada musimnya.Selain bahwa perbandingan nilai gajinya di KSA adalah lebih besar dari standar gaji pekerja di timur tengah lainnya.

Teh Anah setelah menunggu hampir tiga bulan akhirnya berkat kesebaranya hari itu diberangkatkan juga,setelah sehari sebelumnya beliau mengikuti PAP (pembekalan kahir pemberangkatan).Teh Anah semakin mantap saja setelah PAP karena disana di beri sedikit pengetahuan untuk bagaimana dan harus gimana nanti setelah sampai di tujuan,malahan cara berbohong untuk membawa hp pun diajarkan di sana (hmmm maaf).

Teh Anah sampai di Bandara Sukarno Hatta Cengkareng,mereka dengan rekan TKW lainnya sekitar 15 orang rombongan dari PJTKI dia,disuruh menunggu di bandara datang jam 10.00 pagi..sedangkan tiket pemberangkatan nanti 5 sore.

Dari penampungan dia belum makan apapun,karena takut terlambat dan ketinggalan mobil yang mengantar Anah tadi pafi tidak sempat makan apapun,dan sekarang ada di bandara dengan kelimpungan karena belum pernah sama sekali dia menginjak bandara.Beruntung ada teman yang sudah eks Saudi karena sudah pengalaman dia membawa air dan sedkit biscuit serta dua bungkus roti.Lumayanlah Anah makan sepotong roti pemberian temannya,yang ternyata banyak juga rekannya yang kondisi seperti itu.Memang restoran ada,kafe ada,namun apalah mereka,jangankan buat beli makan saat itu,waktu di PJTKI saja Anah sudah tak mengantongi uang,Kasihan Anah nasibmu selalu dijauhi yang namanya uang hehe....

Begitulah sebagian kecil penderitaan perjuangan seorang TKW ini baru mau berangkat,belum sesampainya di tempat tujuan nanti berbagai penderitaan bathin dan lahir mereka akan dapatkan.Aku menulis ini bukan untuk bercengeng ria tentang TKW di saudi,namun berbagi pengalaman,denga harapan semua pihak,terutama individunya,yang bersangkutan dan keluarganya di rumah jangan meremehkan uang kiriman dari mereka ini.Dan yang paling utama kepad para preman berdasi juga preman berpangkat,apalagi preman beneran,tegakah kau masih mau memeras keringat darah penderitaan para Babu TKW di seluruh mancanegara ini dengan dalih uang rokok,uang tambahan,penukaran uang agak memaksa,uang administrasi yang selangit,pada masa piulangnya mereka.

Sekali lagi memang tidak semua begitu,masih ada orang yang bersifat manusia,,namun kebanyakan sifat serakah untuk kebodohan para TKW khususnya,ketika penulangan sering terjadi pemerasan dengan dalih uang tambahan keamanan,dll dll.Kalau itu benar sungguh kamu kalian sungguh tega dan keji memeras uang TKW yang dihasilkan hasil dari perjuangan keringat dan airmata serta hati dan perasaan yang tergadaikan.dan jumlahnya tidak seberapa,malah kadang mereka banyak yang pulang hanya membawa uang satu atau dua bulan gaji terakhir saja.Malah ada yang hanya membawa cukup ongkos sampai rumahnya saja.

Kembali ke Anah.....

(pembaca ditunda dulu nih...untuk disambung...mohon maklum....)

0 comments: