Bila anda seorang "pencari teman kelas berat "?, artinya anda hidup maunya berteman ditemani satu atau lebih teman setiap waktu dan setiap saat,bahkan ada yang tidak tahan dengan kondisi "sendiri' walau sekejap mata pun,jiwa dan tubuh selalu minta teman di dalam suka maupun duka,apalagi jika punya masalah sulit,punya masalah pelik ?
Manusiawi,dan normal saja.
Kita lihat bagaimana ramainya sebuah komunitas,bagaimana facebook dan twitter serta jalinan pertemanan lainnya begitu cepat dan berkembang besar dengan anggota puluhan juta orang,bagaimana sebuah perkumpulan-perkumpulan pertemanan menjadi ramai banyak anggota yang daftar di sana,atau bila anda sedang suntuk di rumah anggota keluarga sedang berada diluar rumah dan anda sendirian,pasti suatu waktu anda akan segera ngeloyor pergi demi mencari beberapa teman,entah itu teman ngobrol atau sekedar teman untuk sekedar hadir saja,agar tubuh tidak sendirian.
Atau bila sedang punya masalah besar,pelik dan terasa sulit dipecahkan,maka pada umumnya segera keinginan mencari "teman' itu singgah di pikiran kita,tidak sedikit mereka mencari para penasihat diri,mulai dari mencari seorang guru spiritual,tokoh agama sampai banyak yang curhat ke paranormal.
Salahkah ?,oh tentu tidak salah,toh mencari teman itu bebas-bebas saja dari kalangan manapun dan dengan siapapun,masalah manfaat atau tidak manfaat tergantung bentuk dan perkembangan pertemanannya di kemudian waktu.
Pertemanan yang sehat,yang tidak sehat,yang baik atau tidak baik tujuan yang sebenarnya adalah ingin hanya sekedar ada teman bicara,"teman ngomong" baik omong kosong maupun omongan bermutu.
Pertemanan yang dengan tujuan ingin mencari pendapat sana-pendapat sini lalu saling curhat-curhatan atau malah yang satu curhat yang kedua mendengarkan dan memberi masukan atau solusi.Terkadang solusi pemikiran untuk memecah masalahnya menjadi terlalu banyak, ada yang tepat atau kurang tepat malah tak sedikit sumbang sarannya sama sekali tidak akan nyambung.
Mengapa banyak yang tidak sesuai,tidak nyambung dan tidak tuntas ?
Karena saran dari orang lain diucapkan dan diutarakan hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dirinya saja,sedangkan masalah yang engkau hadapi adalah masalah pribadi,masalah hati,yang merasakan dan melakoni adalah tubuh dan jiwa sendiri.
Meskipun anda curhat terlebih dahulu,tetapi "sejujur" apakah curhat anda ke teman bicara anda ?,tak menjamin akan tercurah semua bukan ?,curhat dirimu akan hanya tercurah paling banyak sekitar enam puluh atau tujuh puluh persen saja,tidak akan curhat seratus persen tercurah semua data masalah anda.
Dengan data yang tidak penuh tersebut,analisa teman curhat anda tidak mendapat data yang penuh,hanya data sebagian kecil saja dari curhat masalah anda,dan seterusnya dipastikan analisa dengan modal data setengah-setengah akan menghasilkan "nasihat solusi"yang hanya mendekati saja ke masalah,seolah sudah kena padahal masih jauh dari masalah anda sebenarnya,nasihat teman curhat anda berlaku bersifat umum,sehingga malah hanya menyelimuti masalah anda di luar "masalah inti"nya.
Nasihat yang umum dan bersifat universal ketika sesorang sedang dalam masalah pribadi pelik dan sulit,akan nampak "mengena",tetapi sebenarnya tak menyentuh inti masalah pribadi anda.Pada umumnya malah tambah bimbang dan semakin bingung,harus bertindak apa kemudian,setelah satu jam kemudian setelah mendapat nasihat dan masukan dari teman-teman atau yang memberi nasihat.Karena saking hadir berbagai alternatif solusinya,terlalu banyak masukan.
Meminta nasihat teman dan orang lain,pasti akan mendapat berbagai jalan keluar alternatif yang banyak,tetapi sekaligus juga akan membingungkan apa yang harus di sikapi,yang harus di dahulukan,atau malah apa yang harus diperbuat paling awal dan mendekati ketepatan.
Saya pengalaman dengan ini,setelah mendapat berbagai nasihat dari berbagai macam pendapat teman curhat,kita mendapat banyak alternatif pilihan kemungkinan langkah selanjutnya,tetapi bingung untuk memulainya,harus mulai darimana,dan bagaimana ?,untuk mengatasi kebimbangan itu salahsatu caranya:
"Coba meluangkan waktu anda untuk 'Sendirian' berpikir dan merenungi" sesuatu masalah itu.
(tafakur,semedi,nyepi,menyendiri)
Ya misalnya coba menyendiri di suatu waktu di tengah malam sampai saat subuh,benar-benar menyendiri atau di sembarang waktu pun tak mengapa,artinya kita berpikir dan merenung khusus untuk melihat masalah diri kita secara sendirian dan tenang,jujur dengan apa yang menjadi inti masalahnya.
Tingkatan ini hanya berlaku dan bisa untuk yang benar-benar sudah mau melihat problem pribadi dengan jernih sejernih-jernihnya,(lain cerita kalau yang masih percaya dengan nasihat solusi instant dari penasihat-penasihat diluar diri sendiri).Biasanya yang jam terbang hidupnya masih sedikit,pasti akan cepat melahap nasihat instant di luar diri dengan respon yang spontan,tetapi masalah intinya tidak tersentuh dan cenderung tidak tuntas,hal ini bisa saja kalau masalahnya bersifat teknis,namun jika masalah non teknis tentu tak ada salahnya cara menyendiri ini dilakukan.
Maksud saya bila masalah sebenarnya di dalam diri mau terlihat jernih,jujur,dan sebenarnya,hanya diri sendirilah yang lebih tahu dan paling tahu masalah sebenarnya diri ini,dan dari "kesendirian" pula akan terjawab jalan keluarnya.
Serta disertai keyakinan ketika di kesendirian diri lahiriah dan bathin kita,"serulah Tuhan kita!" Inilah maksud sendiri.menyepi atau semedi atau "menyendiri dulu "di tulisan ini.Menyendiri dalam arti dan cara yang sehat
Jangan menyendiri tidak karuan dan melamun sembarangan karena yang datang bukan ilham dari Tuhan,bisa-bisa nanti makhluk lain (Syetan yang datang hehe).
Selamat mencoba "menyendiri" menyeru Tuhan untuk mendapat "ilham" jalan keluar dari masalah sulit kita.
0 comments:
Posting Komentar