Rabu, 11 April 2012

Firasat di Bandara Soetta (Cerpen)

Firasat di Bandara Soetta

Oleh : A.Wierodjampang

"..Fatma..taali..fatma kesini...!" majikan perempuan yang sering kusebut mama memanggilku dari lantai dua rumah besar ini,"..tayib Mama..alhin...(baik mama,sebentar saya datang..)..." aku menjawab dari  dapur, sedang mencuci piring yang terakhir di wastafel .

Kututup keran air dengan setengah berlari  meniti tangga yang menghubungkan lantai satu ke lantai dua tempat madam, majikanku warga Saudi tadi memanggil.

Di lantai dua tepatnya di ruang tengah ada ruangan khusus harim,wanita dan anak-anak keluarga ini berkumpul,saya bersyukur dalam hati mendapat majikan dan anggota keluarganya yang sangat beradab,sopan santun layaknya adat  kami di kampung.

Mereka memperlakukan seperti ke saudara perempuannya,dihargai sebagai manusia, maklum keluarga ini selain keluarga yang religius moralnya juga baik setidaknya menurutku,  hampir semua anggota jemaah dan marganya orang-orang terpelajar.

Sudah empat tahun bekerja di keluarga ini,sengaja di dua tahun pertama  tidak cuti ,dengan pertimbangan  mau sekalian saja biar enggak ribet, pulang pergi malah suka boros uang selama liburan tinggal di rumah.

Ditambah kata madam ,jika  tidak cuti dan meneruskan kontrak kedua kali berikutnya,gaji akan ditambah dan uang pengganti tiket tetap akan diberikan dengan hadiah uang liburannya.

Setelah meminta pendapat via telepon ke suami di rumah dan persetujuan anakku di Indonesia,suami hanya menjawab,"... iya terserah kamu sajalah,kan kamu yang menjalaninya,lagian pendapat saya sudah tidak kau dengar lagi,bukan..?" jawab suamiku dua tahun lalu setengah menyalahkan.

Kujelaskan panjang lebar, bahwa bukan tidak ingat keluarga tetapi ini semua justru demi keluarga,untuk bisa menabung demi masa depan kehidupan keluarga kita,itulah prinsip dan pikiranku saat itu.

Baik suami maupun anak-anak akhirnya setuju saja dengan keputusan memperpanjang kontrak kerja untuk dua tahun ke depan dari saat itu,dua tahun yang lalu.

Tidak terasa saking suasana kerja yang  santai dan agak enak sedikit,dibanding cerita dan berita teman-teman TKW  yang lain,yang bercerita tentang kejahatan dan kejelekan para majikan masing-masing,syukurlah kataku dalam hati,Terima kasih Tuhan engkau telah memberi kasihNya ke aku melalui sifat baik keluarga majikan, tempat aku mengadu nasib dan mengais rejeki-Mu,begitulah rasa syukur selalu kupanjatkan setiap habis sembahyang malam.

"Hai Fatma..kamu melamun ya,oh sudah ingat kampung ya..atau ingat suamimu ya..?," suara mamah,membuyarkan lamunan.

"Naam..mamah,oh. tidak mamah..hanya heran ada apa mamah memanggil ?" tanyaku  setelah dekat  ke majikan perempuan yang maunya dipanggil mamah ini.

Usia majikan perempuan ini empat puluh lima tahun,suaminya pengusaha di Saudi,menurut kabar dari anak bungsu mereka,bapaknya punya perusahaan di Turki ,Suriah,London dan Maroko.

"..Fatma,ini tiket pesawat untuk kepulanganmu ke Indonesia,sisa seminggu lagi dari sekarang..simpanlah sama kamu..!" mama pun beranjak dari kursi mendekat sambil menyodorkan tiket pesawat kepulangan  ke Indonesia.
                                                                             
                                                                                     ***
Tujuh hari lagi  akan pulang ke kampung,akan bertemu suami,anak-anak,keluarga,teman kerabat,ah indahnya berkumpul lagi di tengah keluarga dengan membawa hasil uang yang cukup menurut ukuran kami.

Akan kuajak Kang Dirman suamiku ke kota,ke pasar ke mana saja suami mau,aku akan ajak anakku kemana mereka suka sekedar mengobati rasa perih hatiku dulu, karena waktu  belum punya uang sebelum jadi TKW,mana bisa bermain bersama,mana ada uang buat biayanya,sekalipun anakku mau mainan yang agak mahal dikit saja,suka aku dan kang Dirman biarkan sampai si bungsu menangis serak tak bersuara karena menangis ingin mainan kesukaannya,dan tak kami belikan karena tidak ada uangnya,miskin.

Bukan tidak mau membelikan tetapi untuk membeli beras dan bahan pokok saja waktu itu sangat susah tidak punya uang tunai puluhan ribu di dompet apalagi sampai jutaan.

Kini setelah empat tahun jadi pembantu di negeri orang, berhasil mendapatkan uang yang kurasa lebih baik dari empat tahun yang lalu.Banyak uang sih tidak namun uang di dompet selalu ada.

Di travel bag sudah  sudah kusimpan satu HP berkamera buat suamiku Kang Dirman, mainan anak hadiah dari adik madam, baju tob pemberian dari babah katanya buat suami lengkap dengan kopiah haji warna putih untuk Kang Dirman, ada  satu lagi yang akan aku istimewakan,barang ini tidak  kumasukan ke tas travel tapi  aku bawa di tas tangan ketika di bandara nanti,begitu pikirku.

Barang yang aku istimewakan ini,sebuah jam Tangan merk Cartier entahlah asli atau tidak,kubeli harganya hampir seharaga satu bulan gaji,tetapi tidak mengapa toh ini hadiah buat suamiku tercinta yang telah rela kubiarkan sendiri empat tahun lamanya tanpa pelayanan dariku.

Menunggu tujuh hari ke hari penerbangan sesuai tanggal di tiketku,Hari Senin,12 januari 2009,jam tiba di CGK (Cengkareng) jam.05.00 wib. begitu tulisan di tiket,serasa menunggu tujuh tahun saja,pikiran sudah tidak di Saudi lagi,tetapi sudah duluan terbang ke kampung.

Sudah kubayangkan bagaimana aku akan "pengantin" baru lagi dengan suamiku,akan hangat lagi hati yang sudah beku ini,akan tercapai lagi hasrat-hasrat alami di tubuh sensitifku ini,akan bergetar lagi,akan bergejolak lagi ledakan-ledakan dorongan magma di lubuk terdalam manusiawi ini,akan menggelegak lagi lahar birahiku yang terpendam selama empat tahun lebih ini nanti di rumah hasil keringatku,di dekat kebun hasil keringatku,di samping hamparan sawah hasil keringatku...dan aku pasti kilmaks berkali-kali..!

Itulah pikiran selama menunggu saat-saat keberangkatan ke bandara walau badan masih di rumah majikan,....hanya masalah waktu...!,pikirku.Tapi sungguh sangat tidak sabar.

Tiba saatnya terbang dari  Bandara King Halid Bin Abdul aziz Riyadh Saudi menuju Jakarta,Bandara Soekarna Hatta atau suka disingkat bandara Soetta...,terbang memakai Garuda, sembilan jam mengapung akhirnya aku tiba juga di bumi pertiwi,bau tanah bandara bau Jakarta walau masih di dalam bandara aku sudah menghisapnya..membauinya bau tanah kampung halaman.Saking sudah rindunya tanah air tak terbendung.

Karena kami TKW, kami digiring-giring ketika sudah tiba di pintu keluar di Bandara,seperti kambing atau bebek supaya menuju terminal III,khusus pemulangan TKI,ah peduli amat aku ikuti saja,yang penting sampai dengan selamat tiba ke rumah,sudah rindu suamiku,ingin pelukan,ingin ciuman,ingin dekapan,ingin segera pengantin lagi, ingin segalanya dengan anak,dengan keluarga,dengan tetangga ingin segera membaui bau tanah kampung halaman.

Ketika mobil travel BNP2TKI yang membawaku dari Bandara Soetta beranjak keluar  pintu tol,aku melihat ke dalam tas tangan,untuk mengecek jam tangan buat hadiah kejutan ke suami,,tetapi...?.dan..?

Ah..tidak ada..!Hilang..! ?aku panik ditengah posisi duduk yang sempit sedikit berdempet dengan rekan TKW lainnya yang satu jurusan di minibus ini,aku panik meraba-raba lagi jam tangan khusus itu,jam untuk hadiah ke suamiku Kang Dirman.

Karena hari sudah siang sekitar jam sembilan pagi,sangat jelas isi tas tanganku kosong tidak ada jam tangan,selain surat-surat dokumen diri dan uang tunai Riyal serta rupiah yang ditukar di bandara tadi.

Ya Rabbi..kemana itu jam tangan untuk hadiah ke suamiku,bisiku dalam hati,aku berusaha untuk membuat tenang hatiku,dengan mencoba pura-pura tidur diantara teman-teman TKI satu mobil,mereka semua sepertinya pada tidur kelelahan,mereka sama para pembantu rumah tangga dari sekitar jazirah Arab juga.

Menjelang duhur sampailah aku ke rumah,mobil tepat berhenti di depan pagar rumah baru hasil dari gaji aku empat tahun,wow cantik dan asri rumah ini,bisikku dalam hati.ada kebanggaan menatap sekilas.

Hanya disambut oleh Anis anakku dan  Ibu,suamiku kemana ya..?.Tapi aku diam saja karena masih cape, sampai masuk ke ruang tamu rumah baru itu.

Setelah masuk ke ruang tamu,ah masih kosong belum ada kursi tapi sudah ada tikar yang mungkin sudah disediakan ibu tadi pagi,ayah sudah meninggal jadi di rumah ini hanya Anis dan suami saja,karena ibu masih punya rumah sendiri bersatu dengan adikku yang masih SMA.

Lalu duduk menyelonjorkan kaki yang pegal,Anis anakku satu-satunya umur lima tahun dengan sedikit ragu mendekatiku,sudah kuduga dia mau di peluk ,aku juga sama segera  kurangkul Anis dan memeluk dengan erat buah hati yang dahulu saat kutinggalkan baru berumur satu tahun,

Airmata entah bahagia atau sedih atau apa deras mengucur dari mataku seiring juga ibu terisak sama mengeluarkan air mata terharu,entah air mata apa lagi..belum tahu pasti saat itu.

Anis tidak berbicara sama sekali dimana bapaknya kang Dirman suamiku kini berada,lalu aku tanya langsung ke ibu yang terus berlinang air mata duduk diam di samping kanan kami.

"Ibu..Kang Dirman kemana bu,...kok enggak bersama kalian..?" aku bertanya walaupun suara yang keluar serak dan hampir tak terdengar.

Ibukku hanya diam,hanya Anis anakku yang masih di pangkuan membuka suara:

"Mamah Fatma,..Bapak Dirman sudah meninggal,.....tuh kuburannya kelihatan dari sini....dua hari yang lalu..,"..entah itu suara siapa, apakah suara Anis anakku atau suara siapa,untuk kesekian detik berikutnya aku telah tidak ingat apapun.Pingsan.!  (A.Wierodjampang/2012).

Oleh : Aang Wierodjampang/cerpen.2012.
Ilustrasi : Shutterstock.

2 comments:

duh endingnya menyedihkan banget kang
jadi ikut sesak membacanya hikssss

salam neng moona

hehe..kan ini hanya fiktif..neng..!

mencoba lagi belajar membuat cerpen,atau bukan cerpen lah ,istilahnya apa ya..?,ya latihan mengarang saja begitu.

Mengarang atau membuat karangan fiksi memang enak,seolah tidak terbatas,bebas saja berekespresi semau khyalan hehe.

ditunggu kriti dan sarannya ya neng.
makasih mampirnya.