Minggu, 17 Juni 2012

Usaha Kecil Sehat Tanpa Hutang (opini)

Pembaca setia pasti pernah membaca tulisan saya hari-hari yang lalu, di ulasan  tentang buka usaha yang bernada tidak setuju terhadap penggunaan hutang dalam bentuk apapun disertakan dalam sistem bisnis kita.

Yang dimaksud saya dengan itu terutama untuk kelas bisnis kecil dibawah nilai modal 200 juta rupiah.Dan diperuntukkan terutama untuk individu yang menginginkan sebuah perusahaan yang sehat dan tidak "bergejolak" jika krisis global melanda,termasuk yang menginginkan kekuatan mandiri dan ketenangan hidup pelaku usahanya.

Teori ekonomi yang lebih besar dan "tinggi" tentu saja tidak akan sependapat dengan pemikiran saya ini,kebanyakan semua pemikiran dan teori ekonomi yang besar akan memasukkan bahkan banyak yang dengan ekstrim dan sedikit ngelantur,menyarankan bahwa dengan berhutang akan menambah semangat dalam berusaha.

Penambah semangat,bisa meraih banyak kesempatan dan lain sebagainya dijadikan pembenaran tentang menggunakan duit orang lain dalam berusaha.Ditambah dengan teori melangit yang hanya akan membuat pemain bisnis awam dan pemula terus akan bergelimang dengan kegiatan gali lobang tutup lobang,berkubang dan berselimutkan hutang dan hutang.

Setidaknya ini berlaku bagi pengusaha kecil yang saya maksudkan di ulasan ini,karena ulasan saya hanya catatan ringan yang mengangkat tentang apa adanya berdasar pengalaman penulis.Maka saya pribadi sangat tidak setuju dengan nafsu "serakah' untuk ekspansi atau memulai usaha dengan ada hutang di sistem usaha kita.

Sekali lagi bahwa apapun yang bukan hak kita,bukan milik kita,meskipun dikemas sebagai bentuk hutang tidak lebih semuanya hanyalah merupakan suatu "Beban",Beban bagi si penggunanya termasuk beban hutangan serta akan membuat hidup tidak nyaman.

Atau sebagian pendapat "keliru" dan pemula banyak yang berkata,"wah kalau enggak dapat dari hutangan modal awalnya,dan ketika modal sendiri tidak ada,lalu kita akan menganggur terus deh tidak bisa buka usaha."

" Memulai dengan modal sendiri enggak punya,memulai dengan duit orang lain tidak boleh,jadi enggak bisa maju deh kita" sebagian berpendapat begitu.

Sah dan betul kalau hanya untuk berpikiran maju dan bisa memulai saja,betul kalau bertujuan untuk hanya memiliki usaha saja,tetapi bukankah tujuan utama kita berusaha itu untuk meraih kesejahteraan lahir bathin..?Untuk menenteramkan keluarga dan diri sendiri,merasa aman dari segala bentuk kebutuhan ?terpenuhi dan rasa aman dan nyaman dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup dan menjalani kehidupan ini..?,bukan tujuan utama hanya bisa dan mampu membuka jenis usaha saja.

Tujuan membuka usaha adalah agar modal dan harta kita bertambah dari mendapatkan keuntungan dengan cara yang baik dan halal dan kita menikmatinya dengan enjoy,tenang,nyaman,percaya diri,dan mandiri dalam semua tahapan prosesnya.

Jikalau di sistem awalnya sudah ada beban hutang,apalagi memulai dari modal hutangan jangan harap usaha kita berkembang dengan membawa ketenangan,untuk selalu semangat dan giat,so pasti akan giat dan bekerja keras karena takut hutangnya tidak terbayar,tetapi sampai kapankah kemampuan bekerja keras itu..?

Sampai saat manakah kita mampu terus bekerja keras,? tidak mungkin bisa selamanya,lagian hanya dengan bekerja giat dan keras saja dengan motivasi karena punya hutang,hanya akan membuat fisik dan jiwa kita kebagian capenya saja,kita akan cape seumur hidup,tubuh menjadi robot pembayar hutang dan bunga hutangan..silahkan dicoba kalau enggak percaya..hehe.

Cape dan cape terus itulah yang akan di dapat,karena bekerja giat hanya sebab punya hutang,ah jadi bekerja demi hutang jadinya..menurut saya sangat tidak cerdas itu.

Dari awal memilih membuka usaha dengan menyisipkan hutang saja,pilihan itu sudah (maaf) sudah pilihan bodoh menurut saya,(maaf bodoh dalam arti yang kiasan ya,bukan harfiahnya ).atau kurang cerdas.

Lalu jika belum punya modal aman milik sendiri bagaimana bisa mulai dong..?hehe mungkin sebagian rekan akan bertanya bahkan protes ya..haha.

Yup setuju,tetapi sesuai dengan pengalaman kegagalan bisnis kecil saya di masa lalu,saya bisa saranken sebagai berikut (maaf ini hanya untuk kelas usaha kecil sekali lagi,dan hanya untuk yang berminat hidup dengan sehat).

Ini pendapat saya saja lho..bukan pakem,semoga bisa menambah informasi saja,Kalau keputusan diri pembaca sendiri ya silahkan hak-diri masing-masing.

1.Jika belum mempunyai modal sendiri ya sabarlah sambil terus mengumpulkan modal sehat,daripada grasa-grusu mau cepat tetapi akhirnya celaka.Bersabarlah dengan proses jangan serakah ingin cepat kaya dengan cara instant,tidak ada itu atau kalaupun ada jarang terjadi yang kaya dengan instant dan dari hutang,maksudnya KAYA yang sebenarnya,bukan KAYA imitasi dan palsu.

2.Sebaiknya dipikirkan kembali apakah benar punya talenta dan yakin bisa bermain di wiraswasta,karena tidak semua orang cocok hidup menjadi wiraswastawan,jika sudah bagus posisi sebagai pekerja,nikmatilah dulu karier anda,perbaiki posisi dan kinerja dlsb anda sebagai karyawan biasa ataupun luar biasa.

4.Ingatlah jika mulai sekali saja kita mencoba bermain dengan Hutang maka akan mengundang terus menerus bergelimang dengan hutang,berkubang dalam lumpur hutang,karena hutang akan mengundang kondisi skak ster untuk terus gali lobang tutup lobang.

Yang lainnya entar saja deh ya,disambung lagi.
Salam berbagi pengalaman.
(Ilustrasi : shutterstock.com)

Tulisan lain bisa klik di :Hati-hati Rekanan Bisnis Suka Ada yang Culas dan Berkhianat"

3 comments:

Salam mas Aang,
waaahhh....kali ini saya nih yang kena jewer, hahaha...
saya lambat baca artikel ini mas padahal menarik banget ya...,
waktu kuliah, saya pernah dapat 'wejangan" yang sama dengan apa yg ditulis mas Aang, tapi saya lupa itu pengusaha kaya ngetop yg anti hutang bank siapa namanya yaaa....
beliau sarankan jangan sekali-kali bersentuhan dg bank.

Namun..he he..he..,
ada namunnya nih mas,
kadang ilmu-ilmu dunia itu masih kuat pengaruhnya ke saya, makanya saya perlu belajar terus pd mas Aang dkk.
ilmu dunia macam "pebisnis itu harus berani risiko", nah itu disuntikkan oleh setiap sekolah bisnis, ke "telinga" kita.
pebisnis itu harus risk lover/pecinta risiko, sering kita dengar kan?
nah, saya nih mas, korbannya hehe...,
untuk bisnis yang sekarang dijalankan anak saya, kami ambil KUR, Kredit usaha rakyat, dengan alasan-alasan klise yg dah mas Aang urai di atas.
Jadi...., mohon doa saja ya..karena saya dah terlanjur bodoh hahaha...,
doanya, karena cicilan KUR itu masih kurang setahun lagi mas.
alhamdulillah (masih syukur juga ya? ya haruslah ya mas..hehehe..),
selama ini lancar.
pokoknya mohon doanya ya, kalau perlu saya mohooon sekali doa khususnya kalau mas Aang lagi umroh. Pasti suka umroh ya?
Titip doanya agar kami segera dikeluarkan dari hutang/pinjaman. disamping kami juga doa dari sini.

Apalagi yang bisa saya lakukan setelah membaca tulisan bermanfaat mas Aang ini?
karena dah terlanjur ya..hehe..paling tidak, suatu saat saya bisa menulis sebuah judul buku baru mudah-mudahan, cara keluar dari hutang bank...hahaha...
amin dah mas,

salam bahagia penuh karya!

Salam juga Mbak Aridha yth.

Terima kasih telah meluangkan waktu menyimak sejauh ini,padahal hanya catatan ringan berbagi pengalaman saja mbak..hehe.

Syukur juga bisa menambah informasi,/tambahan sekedar pelengkap informasi buat pembaca dan mbak Aridha khususnya.

Ulasan di atas,tulisan saya,terutama bagi rekan yang mau usahanya tenang,enjoy,tangguh, kuat percaya diri,dan mempunyai harga tawar yang bagus dan mandiri.

sekali lagi mbak,berlaku bagi personal/perorangan yang mau kondisi perushaannya seperti yg digambarkan di atas itu.

Untuk ekonomi "dunia' (pinjam istilah mbak nih ) hehe ekonomi makro dan tentang bisnis secara global,pemikiran bebas hutang yang saya ulas tentu tidak akan cocok.

(rencananya,Saya mau ngeposting tentang ini tuh,mampir ya mbak,dan ditunggu juga masukan komentar berbagi infonya)


..secara inspirasinya dari komentar mbak Aridha ini.

Tentang doa bagi Mbak sekeluarga,Insya Allah saling mendoakan kebaikan.Termmasuk jika saya ada nasib ke tanah suci lagi,Insya Allah.

Wah jadi malu nih bu Dosen belajar ke tulisan saya,padahal sebaliknya kalee sayalah yang pantas belajar ke Bu Aridha,..

haha,semangat berbagi saja mbak..,semangat berbagi pengalaman yang pasti ada "petualangan" berbeda antara saya dengan pengalaman mbak,dari sanalah kita berbagi dan bisa saling mengisi,termasuk saya sangat tertarik belajar secara pengetahuan yang "akademis" dari Mbak Aridha dkk,yang memang bidang dan posnya di sana.

kalau saya posnya jika militer di armed..hehe (armada medan) haha jadi ya ulasannya yang kejadian sehari-hari saja di kehidupan sehari-hari di lapangan..

Saya yang Armada Medan,pelaku lapangan,pasti memerlukan orang-orang super di pos belakang meja seperti sosok-sosok mbak Aridha dkk,

termasuk rekan yang di belakang mejapun pasti akan selalu penasaran untuk memantau perkembangan nyata di lapangan dan menyimak orang-orang d ARMED (lapangan) seperti saya ini.

"Pos-pos,meja dan lapangan kehidupan" akan saling melengkapi jika ada niat baik saling berbagi di orangnya.

***
Tanggapan lengkap komentar ini,mau saya tulis di postingan saja deh..hehe,memanfaatkan inspirasi nih haha..

makasih banyak salam hangat selalu dan salam berkarya juga.

***

Mbak Aridha>>@ wah maaf tambahkan di sini,ya ada tanggapan ke komentar mbak yang terlewat.

Tentang risk lover/Pecinta resiko..dan berani beresiko..??>>

,,yang namanya berani beresiko dan menjadi pacinta resiko,atau harus bisa akrab dengan resiko bila manjadi seorang pengusaha..

menurut saya,ada hutang atau enggak ada hutang RESIKO itu akan tetap ada,yaitu resiko yang akan muncul untuk demi mmepertahankan kelangsungan usaha kita..ada hutang atau enggak ada hutang ,mental berani beresiko dan pecinta resiko masih akan relevan dan tetap sangat dibutuhkan dan berlaku..

hanya nilai risk-nya yang kan berbeda antara usaha yang berhutang dengan pebisnis yang bebas hutang.

saya mau mengulas di postingan juga ah,,hehe menarik juga nih..

(makasih).