Jumat, 17 Agustus 2012

Jiwa Besar Ala Pendekar Shaolin

Berjiwa besar,ah saya kesulitan memahami dan menjelaskan maknanya,namun pengertian awam saya membisikkan bahwa berjiwa besar itu contohnya lihatlah para pendekar Shaolin..?wuih pakai pendekar segala ya hehe..maksudnya supaya enggak menjelimet panjang teori hehe.

Salah satu contoh berjiwa besar ditunjukkan oleh karkter dan jiwa besar para shaolin yang baik di film atau sinema-sinema bermutu,terutama ditunjukkan dengan benar dan gamblang biasanya oleh pemeran utama atau yang punya lakonnya.

Misalnya,ketika pendekar Shaolin kalah dalam sebuah pertarungan resmi dan bergengsi meskipun kalahnya dikhianati oleh lawan jahatnya (biasa bukan kalau peran jahat,ya sering berhiaskan pengkhianatan),maka Sang Pendekar menerimanya dengan tulus dan mengakui serta menghormati kemenangan lawannya dengan takzim dan menghargai kemampuan lawan.Meskipun strategi licik lawan sekalipun,toh teknik licikpun adalah sebagian dari strategi bukan..?,makanya sang Shaolin mengakui kehebatan lawannya meskipun licik,sebaliknya menyadari bahwa dirinya masih lemah,belum menguasai ilmu ANTI LICIK dari lawannya.

Wow Indah bukan.jiwanya besar...hehe..!

Lalu jikalau masih berminat dalam gelanggang dan ajang berikutnya,maka sang Pendekar akan berguru dan mencari ilmu serta menempa diri dan jiwanya lagi dengan lebih gigih dan lebih baik,suka digambarkan dengan mengintensifkan latihan-latihan dan konsolidasi ke dalam pribadinya secara lebih disiplin dan lebih keras,dengan segala bentuk penempaan diri yang lebih segalanya daripada penempaan semula.

Berusaha untuk menyempurnakan segala kekurangan dan lebih tajam lagi mengasah segala keterampilan,pengetahuan,keahlian dan berbagai ilmu lainnya.Tiada henti dan tidak patah semangat,selalu bertanya pada semua guru-gurunya dan membetulkan apa yang belum berjalan semestinya dengan jurus-jurus yang belum sempurna di awalnya.

Pendekar Shaolin ketika menderita kekalahan dalam suatu pertarungan,maka selanjutnya sang Pendekar adalah "SIBUK MENGURUS dan MEMBERESKAN DIRINYA SENDIRI' tidak terus ngotot mengomel urusan lawan-lawanya yang liciklah,yang khianatlah atau hal lainnya.

Sang pendekar sibuk meningkatkan kualitas dirinya,menguatkan dan memperdalam segala ilmu jiwa dan mengolah raganya lebih baik.Karena sang Pendekar yakin jika diri ini sudah mumpuni dan linuwih,maka semua kejahatan akan bisa ditumpas dan bisa ditanggulangi,maka sibuklah sang Pendekar dengan meningkatkan kualitas dirinya sendiri.

Lalu pada saatnya maju lagi ke gelanggang dan bertarung lagi dengan kesatria dengan ilmu yang sudah mumpuni ,ilmu jiwa dan raganya yang telah sempurna,dan biasanya adegan selanjutnya karena sudah mumpuni pasti akan menang.

Nah setelah menang,lawannya terkapar tak berdaya di hadapannya,ketika nyawa lawannya kini berada di tangannya,di kekuasaannya maka sang pendekar dengan jiwa yang besar,bukannya membunuh lawan yang sudah tidak berdaya,tetapi "mengulurkan tangannya,untuk bangkit dan bersatu dengannya "untuk merubah dunia lebih baik,Sang Pendekar mengulurkan tangannya dengan senyum tulus menawan dibibirnya seolah meyakinkan bahwa ketika pertarungan berakhir maka musuh di atas pentas adalah kawan yang harus diraih untuk bersatu memadukan dua kekuatan demi kemaslahatan umat,setelah angkara murkanya ditaklukan dulu dengan jiwa besar sang pendekar.

***
Semoga ilustrasinya tergambar ya gan hehe,salah satu sikap yang berjiwa besar yaitu ketika sang Pendekar dengan tersenyum tulus,tidak mengejek atau mencemoooh dan mengulurkan tangannya kepada lawan yang sudah tersungkur dan divonis kalah,mengajak untuk mari bekerjasama untuk berkarya memadukan dua power besar itu demi bermanfaat lebih banyak bagi kahlayak umum atau rakyat.

Dengan tiada DENDAM sedikitpun di hatinya,wualah...fantastis gan..!Berjiwa besar salah satunya adalah tiada dendam di hati.

Salam,selamat malam.

0 comments: