Senin, 30 April 2012

Cerpen : Bupati

Cerpen  -   Bupati

By : Wierodjampang

"Tadi sudah aku katakan,selama ini saya sudah dua kali minta bertemu,tapi dia angkuh.. " kata Yeni mengedipkan mata penuh misteri,menuturkan tentang Janah pada Mia kakaknya yang sedang menjenguk khusus pada hari ini.

Yeni meminta Janah kepala perawat disana untuk bertemu langsung dengannya di ruangan karena ada kepentingan.Namun Janah atau Ibu Janah malah ngambek buat apa ngobrol sama pasien dan janjian lagi,katanya ketus tadi pagi.

Sebenarnya jam besuk sudah selesai namun Mia meminta ijin khusus pada kepala ruangan perawatan yang ditempati Yeni untuk bisa menunggu Yeni malam ini.kepala ruangan yang judes dan sangat jutek itu mengijinkan setelah ceramah sana-sini tentang tata tertib Rumah sakit ini dan tetek bengek lainnya,Mia mengangguk-angguk saja ngikut irama Kepala Perawat siang itu dengan senyum disungging tanpa dilepas penuh.

Entah pelajaran apa yang dipelajarinya di sekolah perawatnya dahulu,atau memang dia saja yang bersifat begitu,mungkin para perawat disini umumya berasal dari keluarga yang hancur berantakan ayah ibunya atau dari keluarga yang tidak bermoral namun nasib mengantar wanita-wanita itu jadi perawat dan atau menjadi kepala ruangan perawatan Yeni saat ini.Atau apakah sitem yang salah dengan pengelola tingkat atas atau direktur BUMN ini.

Para perawat di sini,judes dan juteknya itu waduh enggak ketulungan,sudah gampang marah termasuk jika ada anggota keluarga yang dari kampung membesuk dan sedikit ricuh hiruk pikuk maklum jarang bertemu,namun kangen yang bersuara riuh itu tidak berlangsung lama karena kepala ruangan wanita judes itu dengan sok berkuasanya menghardik kami yang sedang ramai berkicau di ruangan Yeni,menghardik dengan tidak memakai tatakrama sangat melecehkan.

"Perhatian-perhatian-perhatian ibu-ibu yang di ruangan D1. B,diharap tenang hei ,ini bukan pasar Ramayana,ini Rumah Sakit,coba kalau kamu yang sakit,dan terganggu oleh suara berisik kayak begini..apakah kamu gak akan marah..apakah..apakah..apakah ...," wah sejuta apakah mengalir dari mulutnya yang agak berbentuk bemo.

Meskipun memang ada betulnya tetapi caranya itu sama sekali tidak sopan dan sangat sok berkuasa dan sobong minta ampun.

"Kamu kenapa sih enggak protes sama papa,minta pindah kek atau minta ganti ruangan kek..kalau suasana kayak gini,kamu bakal lambat sembuh dik.." kak Mia kembali berkata ketika Yeni hanya bisa diam mendengar saran kakanya.

"Ya kamu enggak bisa diam terus dik,kalau kita enggak puas dengan pelayanan para medis di sini kita bisa komplain secara langsung,sudahi saja acara konyol kamu ini",sambung Mia seolah meyakinkan agar Yeni bicara pada papanya ingin pindah saja,karena tidak nyaman dengan perangai para perawat dan kepala ruangan yang semuanya jauh dari kesan ramah.

Lihat saja perawat seumuran dia 23 tahunan ,tadi pagi menggeser tempat selang infusan di tarik sama kakinya saja dengan kasar,sampai botol infusan terayun-ayun dengan kuat hampir jatuh dari tempat kaitannya,selangnya  lepas dari tangan lemahnya dan mengeluarkan darah,sudah begitu eh si perawat itu malah menyalahkan Yeni,katanya Yeni orang sakit kok banyak tingkah,padahal jelas-jelas hasil dari sikapnya yang kasar dan tidak mencerminkan seorang perawat,menggeser besi kapstok infusan dengan kasar oleh kakinya.

Yeni hanya diam saja,sangat lemah selemah hatinya dan serendah hatinya dengan rasa rendah diri yang hampir sampai ke dasar,Yeni terus berpikir dan terus terbayang akan surat tadi dari RT dan RW setempat yang belum beres di urus mang Empud hansip Desa,katanya masih ada syarat-syarat yang harus dipenuhi,jaminan asuransi pengobatan Yeni masih belum beres.

Apakah karena memakai jaminan asuransi kesehatankah mereka para perawat menjadi tidak ramah padaku,bisik Yeni.masih ingat lagi ketika seorang perawat muda belia membentaknya ketika salah jadwal meminum obat,karena Yeni tidak jelas membaca angka dan hurup jadwal yang ditulis dengan hurup cakar ayam ala perawat itu.

Ah benar-benar menjadi orang miskin itu sangat banyak sakit hati,bisik Yeni dalam hati.

Yeni benar-benar sudah tidak kuat lagi setelah melihat keadaan yang sebenarnya di ruangan kelas tiga,peruntukan bagi warga miskin dirawat inap,pelayanan perawat benar-benar sangat jauh dari yang namanya menghargai apalagi menyayangi para pasien yang kebanyakan orang miskin di ruangan itu.

Para perawat yang angkuh-angkuh,judes dan jutek serta bekerja serampangan dan tergesa-gesa seolah pekerjaannya menjadi beban dan ingin segera berlalu dari ruangan perawatan kelas tiga Rumah sakit tersebut,ruangan tempat para kaum miskin dirawat dengan jaminan kesehatan orang miskin.

Kesan kumuh dan kotor semerbak di ruangan kelas tiga yang satu ruangan ditempati  sekitar 8 pasien dengan ranjang seadanya,WC yang sering mampet karena hanya dua buah dipakai oleh delapan ranjang pasien ditambah dengan keluarga yang menunggu.

Hari ini hari Senin pagi,Yeni telah mengantongi beberapa nama perawat dan paramedis yang sering Yeni dapatkan bekerjanya dengan sembrono,angkuh,judes,sombong dan asal-asalan.

Kali ini Yeni mau hari ini adalah hari terakhir dirawat di ruangan ini,reni mau berdemonstarasi di depan perawat dan para petugas yang munafik dan tidak baik itu.

Jam 7 masa pergantian perawat dan kepala ruangan,masuklah beberapa perawat untuk mengganti dan memeriksa selang infusannya,lalu satu orang perawat PNS ditemani tiga perawat praktek,masuk ruangan kelas miskin tersebut.semua orang diam seakan ada sipir penjara masuk ke ruang sel tahanan atau setara dengan jika masuk seorang guru killer masuk ke dalam kelas.

Tegang,langkah pertama perawat satu persatu dimulai dari memeriksa pasien yang paling dekat ke pintu ruangan,disana dia mengomel-ngomel dengan kasar dan menggerutu dengan kata yang terakhir seolah bergumam namun jelas terdengar oleh Yeni.,gumamannya,..huh dasar orang kampung..,nyata sekali di depan Yeni.

Dan Yeni ketika para perawat masuk ke ruangannya,segera menanyakan gumaman tersebut,"Bu kenapa sih selalu menggerutu ,apalagi menghina mereka dengan mengatakan orang kampung,padahal mereka polos-polos dan menurut,ibu-ibu ini saja yang terlalu sombong dan jutek,masih maukah kalian bekerja di sini..?" Yeni mendadak pagi itu semubuh dari sakitnya.

Dengan sudah berpakaian lengkap celana jeans dan kemeja polos biru muda sangat segar,cantik dewasa modis,aggun dan berwibawa tetapi tetap modis dan merakyat.

"Heh kamu lagi,mau ngapain lu..,jadi pasien yang dibayar asuransi jaminan diam saja,kalian jangan minta macem-macem sok belagu kaya,kalian beruntung deh kami layani,asal tahu saja jika kami tidak patuh perintah atasan kami malas melayani kalian." jawab perawat paling jutek mejawab Yeni.

"Oke bu perawat,Bu Janah..dan kawan-kawan,saya tanya kalian masih mau mengabdi jadi perawat atau tidak..?" Yeni kembali bertanya pada keempat perawat di depannya.

Merasa dilecehkan perawat yang sudah memang jutek itu,menendang Yeni namun Yeni cepat berkelit sehingga semua orang-orang pada berkumpul dan melingkari pertikaian pagi itu.

Kepala perawat ruangan  bernama Janah itu semakin merasa dipermainkan oleh Yeni,maka dengan segera menelepon Kepala bagian atasannya,selang beberpa menit datanglah pak Kepala bagian Rumah sakit ke depan Yeni,namun batapa gugupnya pak Kepala Bagian,karena di tahu betul siapa Yeni sebenarnya.

Pak Rahadian kepala bagian yang dilapori Janah itu datang tergopoh menyeruak diantara kerumunan orang-orang dan langsung maju ke depan Yeni,sambil menunduk malu dengan perlahan dan pasti beliau berkata:

"Se..selamat pagi Pak eh,,,Bu Bupati Yeni Mardiyana...maafkan kami Bu..!". kata Pak Kabag Rahadian disambut dengan melongo dan herannya orang-orang yang sedang berkerumun di ruangan orang miskin itu,terlebih perawat dan kepala ruangan Ibu Janah yang dari tadi sudah merah padam mukanya.

"Bu Yeni Mardiyana...?,oh bukankah ini Bupati yang baru saja dilantik tiga bulan yang lalu..?" bathin Janah ketakutan.

(Cerpen-Aang Woerodjampang/fiksi/2012)

0 comments: