Jumat, 07 September 2012

Hutang Negara,Perusahaan dan Hutang Pribadi

Dalam konteknya dengan hutang pernah saya membaca di sebuah media online tentang penggalan sebuah dialog Dahlan Iskan, Menteri BUMN dengan salah seorang warga biasa di sebuah daerah di Cirebon kalau enggak salah,dalam dialog itu (semacam temu wicara kelompencapir jaman Pak Harto) Warga menanyakan ke Pak Menteri, kenapa negara kita disebut maju padahal jumlah hutangnya bertambah terus bahkan semakin besar ?

Jawaban Pak Dahlan Iskan yang juga sebagai pengusaha handal dan entrepreneur hebat menurut saya,beliau malah balik bertanya (yang kira-kira ) begini :"..coba menurut bapak,ibu sekalian mana yang lebih baik,apakah bila kita punya hutang 8 juta dengan harta 10 juta ,atau punya hutang naik jumlahnya menjadi 20 juta tetapi harta kita bertambah menjadi 100 juta..?,'redaksional aslinya saya masih mencari lagi nih,tetapi inti percakapannya itu seperti tadi.

Yang lalu dijawab oleh seorang warga biasa (maaf-rakyat kecil yang tidak suka hutang),jawaban warga termaksud begini ," Ya...lebih baik harta bertambah dan tidak punya hutang...!".(versi perorangan dan kecil).

Yang menarik dari temu wicara di atas adalah :

1.Dua pendapat dan dua kondisi yang berbeda,Pak Dahlan Iskan berbicara di tingkat global,nasional,bicara sebuah negara,sebuah lembaga yang besar,perusahaan dan kompleks.Tentu "teori beliau" tidak mengapa kita (negara,perusahaan ) berhutang asal jumlah hartanya juga menjadi naik,bahkan naik melebihi dari periode berikutnya.

Seperti contoh di atas,daripada hanya berhutang 8 juta tetapi harta hanya 10 juta,tidak mengapa  banyak  berhutang lagi tetapi bisa meningkatkan jumlah harta di periode berikutnya misalnya hutang jadi 20 juta tetapi hartanya toh 100 juta.

"Teori" atau pendapat beliau itu tepat sekali menurut kelasnya,level negara, level perusahaan dan sebagianya selain kelas kecil dan perorangan.

Istilah bisnisnya saya tidak tahu perbandingan semacam begitu apa namanya.tidak penting istilah ,tetapi saya maksud untuk sekelas negara atau perusahaan pendapat demikian bisa dibenarkan.

Kita lihat beberapa negara yang sudah lebih maju dari kita seperti,China,Korea,Jepang,Malaysia,Eropa,bahkan Amerika Serikat sendiri mereka berhutang banyak,dan mereka termasuk negara maju...(walaupun maju juga jumlah hutangnya hehe),tetapi kesejahteraan warganya juga maju,itulah manfaat hutang di level negara kalau dikelola dengan baik tidak dikorupsi terus oleh pengelola negerinya.

2.Jawaban polos dari seorang warga,yaitu "ah..lebih baik harta bertambah dan tidak punya Hutang",menurut saya untuk kelas dan ukuran usaha kecil dan perorangan,jawaban ini adalah "Yes...!",mantap.untuk jawaban selevel perorangan.


Jika perusahaan anda milik perorangan dan milik sendiri atau masih usaha kecil,dan ingin berusaha berjalan dengan tentram tidak ingin suatu waktu kena posisi skak seter,simalakama karena beban hutang ke berbagai pihak,maka jawaban warga tersebut adalah lebih baik dan terbukti.

Yaitu usahakan usaha kecil dan perorangan atau kita tidak serakah dan rakus "berhutang" dalam perjalanan usahanya.Jangan menelan mentah-mentah teori berpikir besar yang salah memahaminya dengan modal nekad "berhutang".


Kalau nekad bertindak ya harus, tetapi dengan tetap bersabarlah dengan hanya mengelola modal milik sendiri dengan tanpa hutangan,jika anda sebagai perorangan yang mau ketentraman,bersabarlah mengumpulkan dulu modal sehat ketika masih merancang ingin buka usaha,namun ketika sudah terlanjur punya hutang saat ini maka akan lebih baik jika segera meunasi dan berkata STOP pada hutang untuk kali berikutnya.

"Berhutang Usaha dalam konteknya dengan negara,dengan perusahaan besar,dengan lembaga yang besar masih bisa ditolerir karena yang bertanggungjawab adalah manajemen" (sistem,bersama).


Tetapi terlalu serakah dan banyak hutang bagi usaha perseorangan saya kira akan berdampak kurang baik,terutama bagi yang mau hidupnya tentram dan tidak mau hidupnya sibuk jadi robot pembayar hutang,jadi robot alat pemenuh bunga-bunga pinjaman dan sangat melelahkan hidup demikian,hidup bergelimang dengan hutang.

Bagi seseorang atau pribadi (perorangan) yang bergelimang dengan hutang sungguh tidak enak menikmati hidup ini,berhutang itu menjadikan hidup hina,kurang berharga,cape hati,cape pikiran,beresiko stress,depresi dan sibuk enggak karuan,hidup bagai dikejar-kejar anjing edan,dikejar-kejar setoran untuk hutang-hutang anda.

Lebih baik hindarilah hutang,jangan biasakan berhutang,stop hutang dan segera bayar hutang jika sudah terlanjur punya hutang,ingat hutang itu tidak ada istilah hutang sehat ,hutang adalah beban,hutang adalah penyakit,sumber penyakit,bakteri dan virus kehidupan,ini berlaku bagi pribadi-pribadi yang mau ketentraman menikmati hidupnya.

***

Namun,akhirnya kembali ke pendirian masing-masing,ini hanya berbagi pengalaman dan opini saja.Selamat pagi semua.


Salam,
Aang Suherman-Riyadh/Bernadaindo.com

0 comments: