Senin, 11 Februari 2013

Yang Menyukai dan yang Membenci

Kehidupan memang begitu adanya,teori komunikasi dan pergaulan menyatakan bahwa ada unsur suka dan tidak suka dalam segala hal.Termasuk di dalam berkomunitas dimanapun tempat dan bentuknya.

Yang suka dan yang tidak suka akan selalu ada.Saya sendiri selalu berpegang kepada petuah para orang tua dan orang bijak menyikapi teman atau tetangga yang demikian.

Analoginya atau tepatnya saya asosiasikan dengan seorang Presiden,Gebernur dan Bupati yang mendapatkan jabatannya melalui pemilihan umum,dan yang memilih tentu saja yang suka kepada calon pemimpin.Apakah semua warga hak pilih memilih beliau.tentu tidak bukan? Bahkan banyak yang hanya selisih nol koma sekian saja dari angka peraihan suara lawan,yang nota bene adalah suara yang tida menyukai sang pemenang.

Tetapi meskipun selisih hanya sedikit,namun tetap sang pemenang adalah yang terbanyak yang menyukainya dengan cara memilih dia.

Maksud saya,jika ingin jadi pemenang dalam hal ini jadi pemenang dalam kehidupan,pemenang hidup tentram dan bahagia,tidak selalu harus semua teman dan tetangga atau orang lain lantas menyukai total jenderal ke diri kita.

Cukup ada mayoritas saja yang menyukai dan senang kepada kita.Tentu dalam arti yang baik,setelah kita berbuat baik,tidak masuk akal jika orang jahat akan mempunyai orang yang menyukai dalam jumlah terbanyak daripada yang tidak menyukai dirinya.

Lebih jauh,diri kita tidak usah merasa terlalu tidak nyaman setelah kita berbuat baik dan benar lalu tidak semua orang menyukai kita.Karena sudah hukum alam,bahwa siapapun diri ini akan ada yang suka dan akan ada yang tidak suka terhadap apapun adanya diri kita.

Setelah kita menjadi orang baik,selalu di jalan yang benar cukup melihat indikasi bahwa lebih banyak yang menyukai kita daripada yang yang membenci atau iri ke kita.Itu sudah pencapaian hidup yang baik.Karena tidak mungkin ada orang yang total semua diri di luar dirinya akan menyukai semuanya tanpa ada yang membenci satu orang pun.

Di ranah mana saja,di negara,di politik,di organisasi,di komunitas bahkan di kumpulan pos ronda ketika kita berkumpul termasuk kepada diri kita.

Tentu bukan acuh dan bebas semau gue tanpa memperhatikan perhatian orang lain,bukan demikian.Tapi ketika kita sudah berusaha dan menjadi orang yang baik-baik dan berjalan lurus,tetapi tetap masih ada orang yang sirik dan dengki atau benci,hal itu adalah sesuatu yang wajar menurut saya gan.

Yang penting,kepada orang yang baik tentu akan lebih banyak yang suka daripada yang tidak menyukainya.Dan untuk hidup tenang tentram,tidak usah lah terlalu mengharap semua orang menyukai kita seratus persen.Cukup mayoritas di luar kita bisa menyukai kita itu sudah cukup.Dengan modal sekian pun kita tetap bisa hidup enak dan nyaman,selama diri kita tetap berada dalam jalur yang benar.

Jadi ketika ada yang sirik dan benci ke kita,ah anggap saja mereka itu produk barang yang diretur konsumen dan barang sisa yang sedikit jumlahnya,bisa kita simpan di gudang atau dibuang saja ke tempat sampah.Dan hidup kita teruslah melaju dan janga hiraukan si tukang iri,buang-buang waktu dan energi saja toh bila selalu memikirkannya.

Tidak usah mengharap semua orang suka ke kita semuanya suka seratus persen,cukup raih mayoritas saja yang menyukai kita.Toh kita akan tetap hidup kok.

Teori jadul bijak berbilang," Tidak usah harus semua laku 100 % semua produk dagangan kita,jika penjualan sudah mencapai 95% laku pun,itu sudah bisa balik modal dan usaha untung,yang 5 % yang tidak laku,buang saja atau disimpan di gudang,tunda dan tinggalkan!".

Yang 95% orang yang suka ke kita,yang 5 % yang benci atau tidak suka ke kita,kondisi demikian sudah termasuk hidup yang berhasil.Yang 5% tukang iri dan benci kita,anggaplah itu sampah yang harus kita buang dan tinggalkan saja tak usah dilirik lagi.

Salam.

0 comments: