Senin, 01 Juli 2013

Hidup Sesuai Takaran,Mengukur Diri Sendiri

Terinspirasi dari tulisan Mas Ajinatha tentang :Gaya Hidup Bisa Merubah Perilaku" di lapak beliau kompasiana.

Kalau saya menangkap sebagian intinya saja,yaitu jika hidup kita ingin damai,tenang,tidak resah dan tidak banyak mengundang masalah (hidup normal saja sudah banyak masalah,bukan?),harus bisa menakar diri dan kemampuan,terutama dalam hal kemampuan ekonomi dan pendapatan diri sendiri terhadap gaya hidup yang kita jalani.

Dibahas pula dalam artikel tersebut,bahwa jadi tidak masalah mau bergaya hidup hedonis,foya-foya dan bergaya bak kaum jet set sekalipun,jika memang pada dasarnya kita sudah jadi orang kaya.Orang kaya asli bukan kaya seperti orang kaya,kelihatan kaya padahal hutangnya numpuk.

Masih kata Bang Ajinatha,sebenarnya kalau masalah gaya hidup adalah sangat personal,pribadi dan menjadi hak masing-masing.Namun tak ada salah jika kita,khususnya saya,penulis berbagi tema ini,semoga ada manfaat bagi pribadi dan tentu saja,jika mau bisa diambil pula oleh sahabat pembaca.

Anda mau bergaya hidup sederhana,hedonis,mewah,super mewah sekalipun silahkan saja,toh itu semua hak Anda.Siapapun tak berhak melarang-larang asal tidak merugikan kepentingan umum dan orang lain.

Namun lain masalah,jika kita sebagai orang sederhana,penghasilan sederhana,juga berasal dari keluarga sederhana.Lalu sebagai manusia normal dan sehat,tentu saja selalu kita mendambakan hidup ini :bahagia.toh? Maka bergaya hidup sederhana saja,pasti enak dan senang di hati.

Bahagia dalam arti hidup normal,tenang,senang dan selalu bisa melewati dan memecahkan setiap rangkaian masalah dengan berakhir kepada kepuasan hidup.Bahkan kesenangan hidup.

Bagi kalangan sederhana,alangkah bijaksananya jika bergaya hidup sederhana pula,tidak terlalu mewah dan banyak foya-foya,agar hidup tidak terlalu resah dna tidak terlalu cape hati buat memaksakan agar bisa bermewah-mewah dengan segala cara.

Memilih gaya hidup,bagi kalangan sederhana kemampuan menakar diri,tahu diri dan mengukur diri sendiri saja paling utama.Cukup tahu diri dan sadar diri dengan kemampuan yang ada dan nyata,tidak lantas mengawang-ngawang ingin terlalu terbang tinggi,sementara sayap kita tidak mampu mengepakkannya.

Dari segi finansial misalnya,kalau gaji dan pendapatan asli dan halal kita setiap bulannya hanya 2 juta rupiah,maka gaya hidup dan pengeluaran janganlah lebih dari 2 juta itu.Akan lebih baik tentu saja pengeluaran dan gaya hidup kita,cukupkan saja dengan uang 1,5 juta per bulan,selebihnya bisa untuk menabung.

Gaya hidup mewah atau foya-foya akan menuntut dan memerlukan biaya atau uang banyak.Dengan sendirinya jika selalu bergaya hidup mewah sementara kemampuan sederhana,akan terjadi kolap bahkan bangkrut.

Mari raih penghargaan dan hormat orang lain ke kita dengan berlomba-lomba berbuat banyak karya dan jasa kepada khalayak umum sekemampuan masing-masing.Penghargaan akan jasa dan kebaikan,biasanya lebih abadi dan berbuah kebaikan bagi semua pihak,dibanding kalau kita hanya mau dihargai karena penampilan dan gaya hidup hedonis,mewah yang dipaksakan,(kecuali kalau mampu lain judul gan hehe).

Maka tidak sedikit orang yang kalau tidak bisa mengukur diri di awalnya,maka suka terjadi yang asalnya gaya hidupnya suka berfoya-foya,malahan jadi gembel atau bahkan jadi hina di ujung hidupnya,Karena memang tak mampu menakar ukuran hidup dirinya sejak dini.(Contoh: lihat koruptor).

Semoga kita termasuk orang yang bisa dan mampu menakar diri sendiri,dan bisa bergaya hidup sesuai dengan kemampuan dan apa adanya diri kita.Tidak terlena dan tidak silau dengan gaya hedonis yang memang sudah zamannya ini.

Namun,sekali lagi mohon maaf,itu semua,memilih gaya hidup Anda tentu saja terserah agan-agan semua.Ini hanya berbagi sedikit cerita saja.

Salam.

0 comments: