Sabtu, 10 September 2022

Hasrat Berdasar Kebutuhan atau Hanya Demi Gaya Hidup

Bernadaindo.

Memutuskan untuk meraih sesuatu keinginan dengan mendahulukan faktor kebutuhan daripada keinginan untuk memenuhi hasrat gaya hidup adalah bijaksana,dan akan membuat hidup terarah,tenang,tentram dan bahagia.

Jika Anda saat ini ingin membeli baju misalnya,sedangkan anggarannya minim dan kebutuhannya sekedar untuk tampil rapi,sopan,bersih dan sesuai maka pilihan yang bijak kita membeli disesuaikan dengan kemampuan uang yang kita anggarkan.

Jika kita hanya punya uang 150 ribu,tentu untuk mendapatkan satu potong baju yang kualitas sedang,rapi,dan sesuai kebutuhan pasti akan kita dapatkan sesuai uang yang kita punya.

Tidak lantas karena ingin dilihat orang lain bermerk,berkelas,mewah dan glamour lalu memaksakan membeli yang berharga satu juta rupiah,dengan uang yang harus meminjam atau dengan kredit yang notabene akan memberatkan beban keuangan pribadi Anda.

Padahal dengan uang kemampuan diri baru 150 ribu saja bisa Anda dapatkan dengan macam baju fungsi yang sama.

Jika dengan handphone model lama masih bisa kita gunakan dengan baik,maka buat apa membeli gadget yang lebih mahal bela-belain kredit atau pinjam uang demi memenuhi keinginan bergaya saja.

Jika motor lama masih bisa digunakan dengan fungsi yang sama,tidak harus pula supaya bergaya bela-belain hutangan atau membebani kita,jika kebutuhan transportasi kita terpenuhi dengan motor yang jelas sudah lunas,masih baik,walau model lama.

Jika rumah sederhana masih berfungsi dengan baik,tidak bijak jika lantas merenovasi dengan aksesoris dan gaya modern yang mahal dengan uang hutangan demi merombak rumah agar tampil mewah.Toh fungsinya sama saja,untuk tempat tinggal.

Jika laptop model lama masih bisa berfungsi dengan baik,gadget lama masih mendukung aktivitas sesuai fungsinya,jika apapun yang kita butuhkan masih berfungsi lalu kita jor-joran dan memaksakan memiliki yang baru demi gaya dan hasrat keinginan berlebih,melebihi kemampuan kita,memiliki sesuatu dengan menambah beban kita demi mengejar gaya,itu sama saja dengan kita menceburkan diri kepada kubangan lumpur kesusahan.Susah yang dibikin sendiri.

Itu semua jika Anda belum mampu,jika memaksakan meraih keinginan tidak berdasar kebutuhan,memaksakan keinginan yang semata-mata bukan butuh,tetapi hanya untuk bergaya hidup yang belum sesuai dengan kelas dan kemampuan diri kita.

Contoh lain misalnya,jika kita masih pas-pasan dan kurang uang terus,pendapatan termasuk kecil,maka tidak bijak jika kalau sekedar minum kopi harus selalu di kafe  atau gerai mahal yang untuk kalangan berduit banyak.

Untuk sekedar kopi yang sama,harga di kedai warung kopi dan di kafe bergengsi bedanya bisa 10 kali lipat.Hanya beda kelas,beda gengsi,beda tempat,beda pajak tempat dan beda gaya saja,bukan?

Jika kemampuan keuangan diri masih kurang,ngopi di kedai yang harga murah pun sama saja,harum dan rasa kopi relatif sama.Daripada beli kopi di tempat yang memang jauh berkelas secara tempat,gaya,dan gengsinya yang harganya bisa Anda dapatkan 10 kali ngopi lagi di lain waktu di kedai kopi biasa.Toh ngopinya sana saja.

Sekali lagi jika Anda masih belum mampu,tetapi jika sudah mampu di level bergaya hidup itu,tentu saya juga bilang Anda tak layak ngopi yang murah.

Jika Anda sudah kaya dan sukses,Anda ngopinya di kedai murahan tidak bijak juga,karena sebagai orang berduit dan sukses Anda wajib membeli sesuatu yang mahal,di tempat bergengsi,karena Anda banyak uang anda wajib di tempat yang berpajak,biar uang Anda berputar efek dominonya ke perputaran uang di masyarakat.

Tetapi jika belum mampu,sebaiknya mendahulukan faktor butuh atau tidak dalam meraih sesuatu.Itupun jika hidup mau langgeng dalam ketenangan,terarah,tidak terjerumus dengan hutang kartu kredit,hutang onlen,hutang offline,gaji minus,berantakan keuangan hanya karena meraih keinginan berdasarkan mengikuti gaya hidup yang belum saatnya kita jalani 

Tetapi yaitulah,hidup kita adalah pilihan.Pilihan masing-masing individu,mau hidup bahagia atau mau hidup berantakan itu semua berpulang kepada individunya masing-masing.

Tetapi jika kita normal,tentu akan selalu memilih hidup yang tenang dan bahagia bukan?

Memenuhi sesuatu berdasar kepada butuh atau tidak butuh,kebutuhan atau hanya keinginan bergaya?
Itu semua kembali kepada diri Anda masing-masing,gan.....!

Terima kasih sudah selalu mampir.

0 comments: