Sabtu, 19 Mei 2012

Cerita Mini (Cermin) : Pak Mahmud

By : Aang Wierodjampang

Tinggi badannya seratus enam puluh centi meteran,berbadan langsing namun tegap,, hitam berotot,penuh berisi dengan perangai wajah yang lugu tetapi tetap simpatik,baris gigi yang sehat dan mengkilap karena tidak merokok,menjadikan kang Mahmud sedap dipandang jika tersenyum.

Model rambut sedang seukuran satu centimeter menambah kesederhanaan namun tetap berwibawa ketika sudah berseragam polisi hutan.Sikapnya yang simpatik dan selalu ramah namun tegas jika sudah berhadapan dengan para bangsat kayu dan hasil hutan rakyat yang menjadi wilayah kerjanya.

Kang Mahmud,begitu nama yang ngetop di lingkungan tepian hutan Lindung milik pemerintah itu,terletak di wilayah Desa Halimun dan Desa Mekarwangi.


Kang Mahmud bertugas menjaga kelestarian hutan lindung itu sudah hampir delapan tahun dari sejak keluar SLTA sengaja dia tidak melanjutkan sekolah lagi,disamping biaya tidak ada juga ada panggilan nuraninya untuk ikut menjaga hutan yang seakan melindunginya dari sejak dia lahir,di kampung  kelahirannya di sebelah bawah hutan itu.

Ketika lulus SLTA beliau mencoba melamar kerja ke instansi kehutanan setempat untuk ikut menjaga hutan-hutan yang telah rusak di sekitar kampung halamannya,Kang Mahmud sadar jika ingin melindungi hutan itu harus ada semacam tugas formal dari yang berkuasa supaya sedikit ada tenaga untuk ikut menghalau para pengkhianat bangsa dari kegiatan mencuri kayu-kayu di hutan.

Dengan mengantongi surat perintah kerja sebagai tenaga sukarelawan di lingkungan dephut waktu itu,kang Mahmud menjadi semakin semangat untuk ikut melindungi hutan biang kenyamanan hidup orang-orang di sekitar hutan itu bahkan untuk kenyamanan semua orang.

Delapan tahun sudah bekerja tanpa rintangan yang berarti,meskipun pernah juga ketika memergoki bangsat-bangsat kayu di tengah hutan mendapat perlawanan fisik yang hampir mengancam jiwanya,namun karena bangsat itu hanya bangsat lokal saja tentu saja pelakunya sangat mengenal dan dikenal kang Mahmud,jadi bentrokan fiisik tidak sempat terjadi saat itu,malahan pelaku sampai sujud-sujud di kaki kang Mahmud yang menolak acara sujudnya itu dengan bijak.

"Sudahlah teman,jangan sujud padaku begitu,toh ini hutan kita bersama,mari menjaga kelestarian bersama untuk menuai manfaatny juga bersama,kali ini saya tak akan lapor ke pimpinan selama saudara-saudara sekalian tidak akan mengulanginya lagi .." begitu kata bijak Kang Mahmud saat itu,mengajak untuk berpartisifasi warganya demi menjaga hutan dengan rasa memiliki hutan itu.

Karena para pelaku adalah warga Desa setempat tentu saja kang Mahmud sangat kenal dan mereka mengenal Mahmud Sang Polisi Hutan itu,dan efeknya sangat bagus,sejak saat itu para bangsat kayu menjadi kurang karena tahu Polisi Hutannya kang Mahmud yang sederhana dan bijak namun tegas jika sudah harus membuat ketegasan.

Namun akhir-kahir ini sejak pemerintah yang berkuasa di Jakarta berganti-ganti ditambah dengan banyak berubahnya struktur aparat pemerintah dan lembaga-lembaga yang seakan tiap tahun ganti pimpinan,ganti kebijakan ,ganti pertauran jadi semakin tumpang tindih,termasuk status Kang Mahmud semakin tidak jelas.

Honorer daerah bukan,apalagi menjadi PNS sah sangat jauh,statusnya kini dalam kegamangan dan ketidakpastian,namun begitu tetap saja dia bekerja tiap pagi pergi ke hutan dan menjaganya sebisa mungkin,walau gaji yang hanya Dua Ratus Ribu Rupiah perbulan kini menjadi tidak tentu datangnya,karena semua staf  dan pimpinan di kantornya selalu saja setiap enam bulan atau pernah sampai setahun tiga kali ganti pimpinan dan staf-staf terkait.

Status kang Mahmud seolah sengaja di buat terkatung-katung dan kalau ditanya ke seniornya dahulu di Kabupaten maka selalu menjawab," Semua telah berubah Pak Mahmud,saya pun masih belum tentu posisi saat ini,bersabarlah..atau kalau tidak sabar keluarlah menjadi PNS saat ini sangat sulit..",jawaban itulah yang sering Kang mahmud dengar ketika suatu waktu menanyakan status kepegawaiannya.

Beberapa hari ini tingkat kehilangan kayu di wilayahnya semakin banyak,dua minggu yang lalu hampir tiga puluh pohon raib dari tempatnya tumbuh,diperkirakan mereka mencurinya saat malam tiba dan berombongan,terencana dengan kerjasama yang baik,peralatan yang canggih,orang-orang yang ahli dan sudah pasti dengan dukungan mobil-mobil pengangkut yang besar semacam truk-truk doble pengangkut yang sudah biasa,semacam mafia.

Keganjilan terjadi ketika beliau melaporkan ke Kantornya,kepala bagian yang menerima laporan itu langsung memarahinya dengan perkataan yang pedas,dan malah balik menuduh bahwa Kang Mahmud telah bersekongkol dengan para pencuri kayu itu.

Sakit hati secara manusiawi dituduh macam begitu,padahal Kang Mahmud mengabdi untuk hutan itu seolah tanpa pamrih,kadang malah menomorduakan kepentingan pribadi dan keluarganya,sebuta saja anaknya yang sedang seklah di sebuah SMK saat ini harus berhenti karena tidaka da biaya,belum si bungsu harus masuk SLTA juga saat ini menjadikan anak pertamanya memutuskan untuk bekerja sebagai tukang jahit di Jakarta.demi menutupi dan membantu biaya hidup kang Mahmud.

Gaji dua ratus ribu yang kadang tidak tentu datangnya,bisa dua bulan atau lebih baru datang membuat kehidupan Kang Mahmud terus hidup di bawah garis kemiskinan.

Saat ini beliau telah bisa merenovasi rumahnya yang hampir runtuh,setelah anak pertamanya bekerja di sebuah konveski di Jakarta selalu mengirim uang hasil keringatnya dan ditabung oleh isteri Kang Mahmud.

Namun sangkaan umum dan para teman PNS di kantornya tidak demikian,,mereka menuduh Kang Mahmud bekerja sama dengan pencuri kayu yang saat ini sudah tidak terkendali lagi,hampir setiap malam selalu saja hutan wilayahnya kecurian kayu lebih dari sepuluh pohon.

Kang Mahmud mencoba mengintip pada malam ini,dengan berbekal nekad beliau sudah siap mau melihat siapa pelaku pencurian itu,walau ia tahu nyawa adalah taruhannya jika ketahuan pencuri tengah diintipnya di tengah hutan malam-malam begini.

Adan magrib telah usai,di sebuah tempat di tengah hutan yang dijaganya muncul suara mesin gergaji Shinso,dan suara pohon-pohon tumbang lalu digusur ke sebuah tempat penampungan yang sudah siap dengan truk-truk pengangkutnya.

Dan Kang Mahmud terkseiap setelah melihat siapa mandornya ketika lampu mobil menyorot sekilas menerangi wajah di depan mobil truk itu,ya pria itu sangat dikenal Mahmud,dia Pak Jokir teman seprofesinya sesama polisi hutan tetapi sudah PNS,dan menurut kasak-kusuk gosip politik kantor,Pak Jokir ini adalah orangnya Kepala bagian yang baru dilantik satu tahun yang lalu.

Karena tak tahan dengan pengkhianatan ini,Mahmud tanpa sadar mengendap-ngendap mau memperjelas penglihatannya dan terus mengendap..tetapi....sejurus kemudian...?

"Jangan bergerak...tangan di atas kepala....!" suara tegas di belakang Mahmud seakan halilintar menyambar hati Mahmud.

"kamu ditangkap dengan tuduhan bahwa benar adanya kamu sdr Mahmud telah bersekongkol mencuri kayu-kayu di hutan yang harus dijaganya..." kata seorang perwira polisi dari Polsek setempat.

Dan Mahmud pasrah ketika tubuhnya diseret ke mobil Polisi dengan iringan senyum seringai Serigala seorang Mandor Jokir di seberang sana di anatara lampu-lampu sorot mobil truk yang ditangkap malam itu.

Jokir telah membalik fakta.

"Inilah negeriku saat ini..." hanya itulah gumaman lirih Kang Mahmud sang Polisi Hutan jujur di sela-sela tarikan nafas beratnya di dalam mobil Polsek Kecamatan Halimun.(Cerita Mini: Aang.W.Djampang)

0 comments: